Beberapa waktu yang lalu, orang Amerika dan Jepang ada dalam peringkat teratas sebagai wisatawan yang paling banyak menghabiskan uangnya di Perancis. Namun dalam bulan-bulan musim panas kali ini, industry pariwisata Perancis melayani klien-klien baru dengan daya beli yang tinggi: Orang Tiongkok. Bagi beberapa pihak di Perancis, hal ini berarti kembali ke kelas untuk belajar bahasa Mandarin.
Guru Mandarin Meifen Chen bersumpah belajar bahasa resmi daratan Tiongkok itu mudah. Mungkin ia benar, meskipun huruf-huruf yang ia tulis di papan tulis terlihat rumit.
Salah satu muridnya adalah wartawan. Muridnya yang lain lagi penasaran mengenai Tiongkok, sementara murid ketiga adalah pengusaha Julie Antonello yang sering bepergian ke Tiongkok. Antonello mengatakan ia belajar Mandarin untuk menghasilkan perjanjian bisnis yang baik.
“Tapi selain itu saya ingin mengerti budayanya karena saya sering sekali ke sana,” ujarnya. “Saya ingin mengerti, dan membantu diri saya sendiri mencari taksi atau membeli kopi.”
Orang-orang Perancis tidak hanya berbisnis di Tiongkok. Usaha milik orang Tiongkok pun mengalir ke negara Eropa Barat tersebut. Saat ini, sekitar setengah juta orang Tiongkok datang ke Perancis setiap tahun. Operator wisata memperkirakan bahwa jumlah itu akan mencapai dua juta atau lebih pada 2020.
Seiring dengan naiknya pendapatan di Tiongkok, kelas menengah di sana sekarang mampu bepergian ke luar negeri. Guru bahasa Inggris asal Tiongkok bernama barat Chester berpose dekat museum Louvre dengan sekelompok koleganya. Ia menikmati Paris dalam bahasa yang ia mengerti.
“Papan-papan dalam bahasa Mandarin ada di mana-mana. Di toko, di restoran, bahkan di beberapa istana,” ujar Chester.
Turis Tiongkok tidak hanya mengerumuni atraksi budaya, tapi juga toko baju dan parfum. Bahkan untuk turis dengan kantong tipis seperti Wang Yi, seorang mahasiswa.
“Saya akan pergi ke Champs Elysee untuk melihat barang-barang yang mungkin menarik. Peralatan dandan, barang untuk perempuan,” ungkap Wang.
Orang Tiongkok adalah orang asing dengan nilai belanja terbesar di Perancis, atau seperempat dari seluruh bisni bebas pajak, menurut kelompok pembelanja Global Blue. Beberapa toko besar menanggapi hal ini dengan merekrut staf berbahasa Mandarin. Tahun lalu, grup media Perancis Le Figaro meluncurkan majalah mewah yang menargetkan orang Tiongkok.
Ketertarikan akan bahasa Mandarin meningkat di Perancis. Sekitar 30.000 murid sekolah Perancis sekarang belajar Mandarin, yang sekarang lebih populer dari bahasa Rusia dan Portugis. Beberapa sekolah bisnis mewajibkan mata kuliah Mandarin.
Orang Tiongkok juga gemar mengunjungi kebun anggur di Perancis dan membeli anggur mahal. Di toko anggur De VinisIllustribus di daerah Latin Quarter di Paris, pemilik toko Dominique Michelin sedang memperlihatkan beberapa anggur langka yang ia jual. Seorang anak muda Tiongkok baru-baru ini membelinya dengan harga lebih dari US$10.000.
Michelin mengatakan bahwa banyak orang Tiongkok membeli anggur mahal untuk hadiah, terutama saat Tahun Baru Cina. Menurutnya, mereka membeli anggur Perancis berukuran besar karena mereka dengar itu barang mewah.
Michelin belum belajar Mandarin, ia masih menggunakan penerjemah. Namun ia telah mempelajari beberapa hal mengenai kebiasaan orang Tiongkok.
Ia mengatakan bahwa orang Tiongkok tidak mau membeli anggur keluaran 1968 karena mereka percaya kombinasi angka-angka itu akan membawa kesialan. Tapi mereka akan membeli anggur yang diproduksi tahun 1958 atau 1978.
Orang-orang Perancis lain ingin lebih mendalami budaya Tiongkok dengan belajar bahasa Mandarin. Guru Chen mengatakan bahwa ketertarikan belajar bahasa ini besar karena Tiongkok merupakan kekuatan ekonomi besar. Industri pariwisata dan dunia usaha Perancis menyadari bahwa belajar bahasa Mandarin merupakan hal yang vital. Menurut Chen, belajar bahasa tersebut membantu orang Barat menjalin persahabatan dengan orang Tiongkok lebih mudah.
Chen berkata bahwa kelasnya tidak hanya berisikan kerja keras. Setiap murid tanpa terkecuali akhirnya memiliki gairah terhadap bahasa Mandarin, ujarnya.
Guru Mandarin Meifen Chen bersumpah belajar bahasa resmi daratan Tiongkok itu mudah. Mungkin ia benar, meskipun huruf-huruf yang ia tulis di papan tulis terlihat rumit.
Salah satu muridnya adalah wartawan. Muridnya yang lain lagi penasaran mengenai Tiongkok, sementara murid ketiga adalah pengusaha Julie Antonello yang sering bepergian ke Tiongkok. Antonello mengatakan ia belajar Mandarin untuk menghasilkan perjanjian bisnis yang baik.
“Tapi selain itu saya ingin mengerti budayanya karena saya sering sekali ke sana,” ujarnya. “Saya ingin mengerti, dan membantu diri saya sendiri mencari taksi atau membeli kopi.”
Orang-orang Perancis tidak hanya berbisnis di Tiongkok. Usaha milik orang Tiongkok pun mengalir ke negara Eropa Barat tersebut. Saat ini, sekitar setengah juta orang Tiongkok datang ke Perancis setiap tahun. Operator wisata memperkirakan bahwa jumlah itu akan mencapai dua juta atau lebih pada 2020.
Seiring dengan naiknya pendapatan di Tiongkok, kelas menengah di sana sekarang mampu bepergian ke luar negeri. Guru bahasa Inggris asal Tiongkok bernama barat Chester berpose dekat museum Louvre dengan sekelompok koleganya. Ia menikmati Paris dalam bahasa yang ia mengerti.
“Papan-papan dalam bahasa Mandarin ada di mana-mana. Di toko, di restoran, bahkan di beberapa istana,” ujar Chester.
Turis Tiongkok tidak hanya mengerumuni atraksi budaya, tapi juga toko baju dan parfum. Bahkan untuk turis dengan kantong tipis seperti Wang Yi, seorang mahasiswa.
“Saya akan pergi ke Champs Elysee untuk melihat barang-barang yang mungkin menarik. Peralatan dandan, barang untuk perempuan,” ungkap Wang.
Orang Tiongkok adalah orang asing dengan nilai belanja terbesar di Perancis, atau seperempat dari seluruh bisni bebas pajak, menurut kelompok pembelanja Global Blue. Beberapa toko besar menanggapi hal ini dengan merekrut staf berbahasa Mandarin. Tahun lalu, grup media Perancis Le Figaro meluncurkan majalah mewah yang menargetkan orang Tiongkok.
Ketertarikan akan bahasa Mandarin meningkat di Perancis. Sekitar 30.000 murid sekolah Perancis sekarang belajar Mandarin, yang sekarang lebih populer dari bahasa Rusia dan Portugis. Beberapa sekolah bisnis mewajibkan mata kuliah Mandarin.
Orang Tiongkok juga gemar mengunjungi kebun anggur di Perancis dan membeli anggur mahal. Di toko anggur De VinisIllustribus di daerah Latin Quarter di Paris, pemilik toko Dominique Michelin sedang memperlihatkan beberapa anggur langka yang ia jual. Seorang anak muda Tiongkok baru-baru ini membelinya dengan harga lebih dari US$10.000.
Michelin mengatakan bahwa banyak orang Tiongkok membeli anggur mahal untuk hadiah, terutama saat Tahun Baru Cina. Menurutnya, mereka membeli anggur Perancis berukuran besar karena mereka dengar itu barang mewah.
Michelin belum belajar Mandarin, ia masih menggunakan penerjemah. Namun ia telah mempelajari beberapa hal mengenai kebiasaan orang Tiongkok.
Ia mengatakan bahwa orang Tiongkok tidak mau membeli anggur keluaran 1968 karena mereka percaya kombinasi angka-angka itu akan membawa kesialan. Tapi mereka akan membeli anggur yang diproduksi tahun 1958 atau 1978.
Orang-orang Perancis lain ingin lebih mendalami budaya Tiongkok dengan belajar bahasa Mandarin. Guru Chen mengatakan bahwa ketertarikan belajar bahasa ini besar karena Tiongkok merupakan kekuatan ekonomi besar. Industri pariwisata dan dunia usaha Perancis menyadari bahwa belajar bahasa Mandarin merupakan hal yang vital. Menurut Chen, belajar bahasa tersebut membantu orang Barat menjalin persahabatan dengan orang Tiongkok lebih mudah.
Chen berkata bahwa kelasnya tidak hanya berisikan kerja keras. Setiap murid tanpa terkecuali akhirnya memiliki gairah terhadap bahasa Mandarin, ujarnya.