BANGKOK —
Di balik nama, kebangsaan dan usia para penumpang pesawat Malaysia Airlines yang hilang, ada 227 kisah unik, bagian dari jalinan hidup manusia yang menyatu dalam sebuah penerbangan.
Ada warga-warga Australia separuh baya yang ingin memuaskan hasrat berpetualang, seorang seniman kaligrafi China terkenal, seorang pemuda Indonesia yang baru memulai karirnya, dan dua orang yang bepergian dengan paspor curian.
Lebih dari 36 jam telah berlalu sejak Boeing 777 itu menghilang dari layar radar dalam jam pertama dari penerbangan enam jam dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Beijing. Dari Perancis sampai Australia dan China, keluarga dan saudara sedang menunggu dengan waswas berita tentang penerbangan MH370.
Beberapa penumpang bepergian sendiri, yang lainnya berkelompok. Ada pasangan muda dan juga tua, bepergian dengan tujuan beragam. Yang tertua adalah Rusheng Liu, 76, yang termuda Moheng Wang, berusia dua tahun.
Bagi Firman Chandra Siregar dari Medan, Sumatera Utara, penerbangan itu merupakan babak baru dalam hidupnya. Di Beijing, ia akan memulai kontrak tiga tahun dengan Schlumberger, sebuah perusahaan layanan lapangan minyak.
Puluhan saudara dan tetanga berkumpul di rumah keluarganya, beberapa terlihat menangis, berdoa atau menonton siaran berita yang menampilkan operasi pencarian. Mereka dengan terpaksa harus merelakan harapannya pergi.
Sebuah tim dari unit Identifikasi Korban Bencana dari kepolisian telah mengumpulkan sampel DNA dan catatan medis dari keluarga Firman, dan foto-foto Firman di rumah keluarganya.
Selain Firman, ada seniman kaligrafi Meng Gaosheng, yang terbang bersama 18 seniman lain dan enam anggota keluarga serta empat staf. Juga bepergian dalam grup adalah delapan pegawai asal China dan 12 pegawai Malaysia dari perusahaan semi-konduktor Freescale yang berbasis di Texas, Austin, yang menyatakan telah memberi dukungan penuh pada para keluarga penumpang.
Harapan
Setiap hari, lebih dari 80.000 pesawat terbang dan mendarat di seluruh dunia tanpa insiden. Bagi warga Australia yang sering bepergian, Robert Lawton, 58, dan istrinya Catherine, 54, penerbangan dengan MH370 itu seperti awal dari rutinitas petualangan mereka.
Selain mereka, ada pasangan berusia 50-an, juga dari Australia, Rodney dan Mary Burrows. Tetangga mereka Don Stokes mengatakan perjalanan itu diniatkan sebagai awal dari "langkah berikutnya dari kehidupan mereka."
Di antara grup keluarga di pesawat adalah pasangan muda Hadrien Wattrelos, 17, dan Zhao Yan, 18, murid sekolah Perancis di Beijing yang kembali dari liburan di Malaysia bersama ibu dan adik Hadrien.
Pada Desember, Zhao baru saja mengubah foto profilnya di Facebook menjadi foto dirinya bersama Hadrien, dengan komentar "Je t'aime (aku cinta padamu)" serta gambar hati. Hadrien memberikan jempol 'like' untuk komentar itu.
Sementara itu, penumpang lain memiliki tugas yang serius. Chandrika Sharma, 50, direktur dari organisasi yang bekerja bersama para nelayan di Chennai, berangkat dari kota di selatan India menuju Mongolia untuk sebuah konferensi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
"Seharusnya masih ada harapan," ujar koleganya, Venogupal. Namun ia bersiap dengan kemungkinan terburuk. "Ia ramah dan sangat dicintai, sangat aktif dan cerdas. Kami akan merindukannya."
Motivasi dari penumpang lain agak suram. Dua penumpang bepergian dengan paspor-paspor Uni Eropa curian, menimbulkan spekulasi bahwa hilangnya pesawat itu bukanlah kecelakaan.
Namun dokumen itu hanyalah dua dari sedikitnya 39 juta paspor yang hilang dan dicuri di seluruh dunia. Tahun lalu, ada lebih dari 29,3 juta penerbangan di seluruh dunia. Banyak diantara penumpangnya terbang dengan paspor curian. Mereka mungkin kriminal, orang yang mencari penghidupan yang lebih baik, atau lainnya.
Kebetulan yang lainnya adalah: Liu Hongwei tidak ada di atas penerbangan MH370.
Kepala perusahaan investasi di Beijing dan teman dari seniman kaligrafi Meng mengatakan ia diundang ke pameran dan pertukaran budaya di Malaysia sebagai sponsor, namun tidak bisa datang karena sibuk.
"Bisa saja saya yang ada di pesawat tersebut," ujarnya. "Kami semua sangat khawatir." (AP)
Ada warga-warga Australia separuh baya yang ingin memuaskan hasrat berpetualang, seorang seniman kaligrafi China terkenal, seorang pemuda Indonesia yang baru memulai karirnya, dan dua orang yang bepergian dengan paspor curian.
Lebih dari 36 jam telah berlalu sejak Boeing 777 itu menghilang dari layar radar dalam jam pertama dari penerbangan enam jam dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Beijing. Dari Perancis sampai Australia dan China, keluarga dan saudara sedang menunggu dengan waswas berita tentang penerbangan MH370.
Beberapa penumpang bepergian sendiri, yang lainnya berkelompok. Ada pasangan muda dan juga tua, bepergian dengan tujuan beragam. Yang tertua adalah Rusheng Liu, 76, yang termuda Moheng Wang, berusia dua tahun.
Bagi Firman Chandra Siregar dari Medan, Sumatera Utara, penerbangan itu merupakan babak baru dalam hidupnya. Di Beijing, ia akan memulai kontrak tiga tahun dengan Schlumberger, sebuah perusahaan layanan lapangan minyak.
Puluhan saudara dan tetanga berkumpul di rumah keluarganya, beberapa terlihat menangis, berdoa atau menonton siaran berita yang menampilkan operasi pencarian. Mereka dengan terpaksa harus merelakan harapannya pergi.
Sebuah tim dari unit Identifikasi Korban Bencana dari kepolisian telah mengumpulkan sampel DNA dan catatan medis dari keluarga Firman, dan foto-foto Firman di rumah keluarganya.
Selain Firman, ada seniman kaligrafi Meng Gaosheng, yang terbang bersama 18 seniman lain dan enam anggota keluarga serta empat staf. Juga bepergian dalam grup adalah delapan pegawai asal China dan 12 pegawai Malaysia dari perusahaan semi-konduktor Freescale yang berbasis di Texas, Austin, yang menyatakan telah memberi dukungan penuh pada para keluarga penumpang.
Harapan
Setiap hari, lebih dari 80.000 pesawat terbang dan mendarat di seluruh dunia tanpa insiden. Bagi warga Australia yang sering bepergian, Robert Lawton, 58, dan istrinya Catherine, 54, penerbangan dengan MH370 itu seperti awal dari rutinitas petualangan mereka.
Selain mereka, ada pasangan berusia 50-an, juga dari Australia, Rodney dan Mary Burrows. Tetangga mereka Don Stokes mengatakan perjalanan itu diniatkan sebagai awal dari "langkah berikutnya dari kehidupan mereka."
Di antara grup keluarga di pesawat adalah pasangan muda Hadrien Wattrelos, 17, dan Zhao Yan, 18, murid sekolah Perancis di Beijing yang kembali dari liburan di Malaysia bersama ibu dan adik Hadrien.
Pada Desember, Zhao baru saja mengubah foto profilnya di Facebook menjadi foto dirinya bersama Hadrien, dengan komentar "Je t'aime (aku cinta padamu)" serta gambar hati. Hadrien memberikan jempol 'like' untuk komentar itu.
Sementara itu, penumpang lain memiliki tugas yang serius. Chandrika Sharma, 50, direktur dari organisasi yang bekerja bersama para nelayan di Chennai, berangkat dari kota di selatan India menuju Mongolia untuk sebuah konferensi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
"Seharusnya masih ada harapan," ujar koleganya, Venogupal. Namun ia bersiap dengan kemungkinan terburuk. "Ia ramah dan sangat dicintai, sangat aktif dan cerdas. Kami akan merindukannya."
Motivasi dari penumpang lain agak suram. Dua penumpang bepergian dengan paspor-paspor Uni Eropa curian, menimbulkan spekulasi bahwa hilangnya pesawat itu bukanlah kecelakaan.
Namun dokumen itu hanyalah dua dari sedikitnya 39 juta paspor yang hilang dan dicuri di seluruh dunia. Tahun lalu, ada lebih dari 29,3 juta penerbangan di seluruh dunia. Banyak diantara penumpangnya terbang dengan paspor curian. Mereka mungkin kriminal, orang yang mencari penghidupan yang lebih baik, atau lainnya.
Kebetulan yang lainnya adalah: Liu Hongwei tidak ada di atas penerbangan MH370.
Kepala perusahaan investasi di Beijing dan teman dari seniman kaligrafi Meng mengatakan ia diundang ke pameran dan pertukaran budaya di Malaysia sebagai sponsor, namun tidak bisa datang karena sibuk.
"Bisa saja saya yang ada di pesawat tersebut," ujarnya. "Kami semua sangat khawatir." (AP)