Tautan-tautan Akses

Pentagon Paparkan Rencana Pertahanan Nuklir Baru


Deputi Menhan AS Patrick Shanahan (kiri) dan Deputi Menteri Energy Dan Brouillette, memberikan keterangan pers tentang "Nuclear Posture Review" di Pentagon, 2 Februari 2018 lalu.
Deputi Menhan AS Patrick Shanahan (kiri) dan Deputi Menteri Energy Dan Brouillette, memberikan keterangan pers tentang "Nuclear Posture Review" di Pentagon, 2 Februari 2018 lalu.

Hampir 30 tahun setelah berakhirnya Perang Dingin, pencegahan dan pertahanan nuklir kini menjadi sorotan. Pentagon mempresentasikan rencana nuklirnya yang baru bulan ini yang akan memodernisasi pertahanan nuklir di darat, laut dan udara; atau yang dikenal sebagai “nuclear triad,” sambil mengupayakan perubahan terhadap persenjataan nuklirnya.

Semua komponen persenjataan nuklir Amerika di darat, laut dan udara diperkirakan akan habis masa penggunaannya dalam sepuluh tahun ke depan. Para pakar mengatakan jika Amerika tidak mengambil tindakan untuk memodernisasi dari sekarang, maka tujuan persenjataan nuklir – yaitu menghalangi negara-negara lain menggunakan senjata nuklir mereka – bisa terancam.

Michaela Dodge di Heritage Foundation mengatakan, “Ada anggapan bahwa tindakan Amerika akan menyebabkan persaingan senjata nuklir, tetapi menurut saya hal itu sudah berlangsung, hanya saja kini Amerika tidak ikut dalam pertarungan itu.”

Beberapa analis mengatakan Rusia dan China telah mulai memutakhirkan program senjata nuklir mereka sejak dua puluh tahun lalu. Hal ini juga dibayangi dengan ancaman nuklir Korea Utara dan pengembangan senjata nuklir Iran.

Untuk mengatasi perubahan ini, Pentagon menyerukan dua tambahan persenjataan nuklir Amerika. Pertama, memulihkan kemampuan untuk meluncurkan rudal jelajah dari laut, sebuah kemampuan yang dimiliki Amerika semasa Perang Dingin.

Kedua, adalah menambah rudal balistik berkapasitas rendah – atau yang kekuatannya tidak terlalu besar – yang bisa diluncurkan dari kapal selam. Penambahan ini akan mampu meredam ambisi musuh terkuat Amerika, yakni Rusia, yang kemungkinan akan menggunakan senjata berkapasitas rendah untuk memaksakan kehendaknya dalam konflik kecil.

Michael O'Hanlon di Brookings Institution mengatakan, “Saya cenderung kita kembali ke jalur yang kita tempuh sepuluh tahun lalu dimana kedua belah pihak mengurangi peran senjata nuklir dalam kebijakan luar negeri mereka. Saya kira Rusia sekarang tidak memberi kita pilihan itu, jadi untuk sementara waktu saya kira kita harus lebih asertif dari harapan awal saya tadi.”

Kajian postur pemerintahan Obama pada tahun 2010 menghasilkan keseimbangan yang peka antara sasaran akhir berupa dunia tanpa senjata nuklir sementara tetap mempertahankan persenjataan nuklir yang aman dan efektif. Versi pemerintahan Trump memusatkan perhatian pada point kedua yaitu mempertahankan persenjataan Amerika, dan menjadikan isu pengendalian senjata menjadi pilihan yang tidak diprioritaskan. [em/jm]

XS
SM
MD
LG