Juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri Gillian Christensen mengatakan pada suratkabar the Washington Post bahwa penggerebekkan itu menarget para penjahat dan hal ini merupakan bagian dari tindakan “rutin”. "Kita bicara tentang orang-orang yang mengancam keamanan publik atau mengancam integritas sistem imigrasi," ujar Christensen.
Juru bicara Badan Imigrasi dan Bea Cukai Amerika (Immigration & Custon Enforcement) ICE Jennifer Elzea mengatakan pada kantor berita Perancis AFP, "fokus operasi ini tidak berbeda dengan operasi rutin, yaitu penangkapan yang dilakukan oleh Tim Operasi Buronan ICE sehari-hari."
Penggerebekan Dilakukan di Sedikitnya Enam Negara Bagian
Aksi penegakan hukum ini berlangsung di sedikitnya enam negara bagian, termasuk di kota-kota seperti Atlanta, Chicago, New York dan Los Angeles, dimana lebih dari 160 orang ditangkap sepanjang pekan ini.
Berbicara pada wartawan Jum’at malam (10/2), Direktur Kantor ICE Enforcement & Removals ERO di Los Angeles David Marin mengatakan sekitar 75% yang ditangkap di Los Angeles adalah pernah dijatuhi hukuman karena melakukan kejahatan berat dan tidak ada kaitannya dengan perintah eksekutif Trump. "Operasi ini kami lakukan sebagaimana operasi serupa pada masa lalu,"ujar Marin.
Trump bulan lalu mengeluarkan perintah eksekutif untuk melacak sekitar 11 juta imigran yang tinggal di Amerika secara tidak sah. Ia juga mengubah kebijakan era Obama yang memprioritaskan deportasi imigran illegal yang memiliki sejarah kriminal, dengan mengijinkan agen-agen imigrasi memperluas wewenang mereka untuk mendeportasi mereka yang melakukan pelanggaran kecil atau bahkan tidak melakukan pelanggaran sama sekali.
Penggerebekan Memicu Demonstrasi
Penggerebekan itu telah memicu demonstrasi di seluruh Amerika, termasuk di Austin, Texas di mana terdapat sekitar 100 ribu imigran illegal. Juga di Minneapolis, Minnesota, New York, Los Angeles dan Washington DC.
Lebih dari seratus orang ditangkap Jum’at malam (10/2) di Austin dalam apa yang disebut sebagai operasi intensif ICE beberapa pekan terakhir ini.
Sudah Tinggal di Amerika Secara Ilegal Selama 22 Tahun, de Rayos Dideportasi
Salah satu imigran illegal pertama yang dideportasi berdasarkan perintah eksekutif Trump itu adalah Guadalupa Garcia de Rayos, seorang ibu dua anak yang dideportasi ke Meksiko Kamis pagi (9/2).
Deportasi itu menunjukkan perubahan kebijakan Amerika terhadap imigran illegal.
Pengacara de Rayos, Ray Ybarra Maldonado mengatakan imigran illegal yang berusia 36 tahun itu ditahan di Phoenix, Arizona, hari Rabu (8/2) ketika diberhentikan dalam sebuah pemeriksaan rutin di kantor imigrasi Amerika. Setiap tahun sejak 2008, de Rayos selalu lolos dalam pemeriksaan pejabat imigrasi Amerika. Namun dalam sebuah penggerebekan di taman hiburan tempatnya bekerja, de Rayos kedapatan menggunakan kartu jaminan sosial palsu. Dalam pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya de Rayos selalu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dan diijinkan pulang. Ia telah tinggal di Amerika selama 22 tahun dan kedua anaknya adalah warga negara Amerika. [em]