Tautan-tautan Akses

Penggemar K-Pop, Kekuatan Baru dalam Melawan Perubahan Iklim


Anggota band K-Pop, BTS tampil di acara ABC 'Good Morning America' di Central Park di New York, AS, 15 Mei 2019. (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)
Anggota band K-Pop, BTS tampil di acara ABC 'Good Morning America' di Central Park di New York, AS, 15 Mei 2019. (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)

Penggemar K-pop di seluruh dunia muncul sebagai kekuatan terbaru dalam perang global melawan perubahan iklim. Mereka aktif dalam menyebarkan petisi untuk menyelamatkan hutan hingga mengumpulkan donasi untuk korban bencana.

Muda dan paham teknologi, pecinta K-pop telah menggunakan kekuatan media sosial mereka untuk ikut dalam dunia politik, termasuk memobilisasi dana untuk gerakan "Black Lives Matter" di Amerika Serikat pada tahun lalu dan mendukung protes pro-demokrasi Thailand.

Namun kelompok tersebut sekarang semakin vokal pada masalah perubahan iklim. Mereka menyoroti isu-isu lingkungan yang mendapatkan perhatian relatif sedikit di beberapa belahan dunia.

"Penggemar K-pop sebagian besar adalah generasi milenial dan dari generasi Gen-Z, kami ingin berjuang untuk masa depan kami," kata mahasiswa Indonesia Nurul Sarifah, 21, yang mendirikan gerakan Kpop4Planet pada pertengahan Januari.

Grup K-pop Twice tampil selama showcase untuk mini album ke-8 "Feel Special" di Seoul, Korea Selatan, Senin, 23 September 2019. (Foto: AP/Lee Jin-man)
Grup K-pop Twice tampil selama showcase untuk mini album ke-8 "Feel Special" di Seoul, Korea Selatan, Senin, 23 September 2019. (Foto: AP/Lee Jin-man)

Dengan menggunakan media sosial, kata Sarifah, gerakan itu bertujuan untuk menjadi platform bagi penggemar K-pop yang berpikiran sama di seluruh dunia untuk membahas dan meningkatkan kesadaran tentang masalah perubahan iklim yang mempengaruhi kota-kota asal mereka.

"Setiap hari kami mengalami efek ini: polusi, gelombang panas, banjir, kebakaran hutan," katanya kepada Reuters melalui telepon. "Kami dapat mengubah ini dengan berbuat baik, sama seperti bagaimana idola kami melakukannya, sehingga kami dapat menikmati K-pop di planet yang dapat ditinggali."

Gerakan ini hanyalah salah satu kampanye terbaru penggemar K-pop yang berusaha membuat perbedaan bagi alam dan iklim.

Grup BLACKPINK tampil di festival musik Coachella pada 2019 di Indio, California. (Invision/AP)
Grup BLACKPINK tampil di festival musik Coachella pada 2019 di Indio, California. (Invision/AP)

Ketika K-pop menjadi fenomena global dalam dua dekade terakhir, upaya filantropis bintang-bintang Korea Selatan – dari menyumbang ke panti asuhan hingga menanam pohon – telah mendorong penggemar untuk mengadopsi pendekatan serupa untuk masalah sosial dan lingkungan.

Perubahan iklim telah menjadi masalah yang semakin penting dan disorot pada bulan Desember. Saat itu kelompok K-pop BLACKPINK merilis video untuk meningkatkan kesadaran menjelang KTT iklim PBB, COP26, di Glasgow pada bulan November.

Girlband itu memberi tahu hampir 60 juta subcriber mereka di YouTube bahwa belum terlambat untuk bertindak dalam perubahan iklim. Mereka mendesak para penggemar, yang dikenal sebagai BLINKs, untuk mempelajari lebih lanjut.

Penggemar mega-band BTS, yang dikenal sebagai ARMY, sementara itu telah menanam puluhan ribu pohon dalam beberapa tahun terakhir, dari Korea Selatan ke Filipina atas nama selebriti mereka.

Mereka juga mengumpulkan dana untuk masyarakat yang dilanda banjir di negara bagian India, Assam, pada tahun lalu.

"Fandom K-pop melakukan hal-hal besar di luar perbatasan dan generasi," kata aktivis Korea Selatan Kim Na-yeon, 15, dari kelompok kampanye Youth 4 Climate Action, yang tahun lalu menggugat pemerintah Korea karena lambat dalam mengatasi perubahan iklim.

Anggota boyband Korea Selatan, BTS, berpose di karpet merah selama MAMA Awards di Nagoya Dome di Nagoya, Jepang, 4 Desember 2019. (Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Anggota boyband Korea Selatan, BTS, berpose di karpet merah selama MAMA Awards di Nagoya Dome di Nagoya, Jepang, 4 Desember 2019. (Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Latar belakang pengikut K-pop yang beragam – dari Amerika Utara ke Asia – dipandang sebagai kunci untuk melibatkan penggemar dalam diskusi yang lebih dalam tentang berbagai masalah kontemporer.

Di Indonesia, penggemar K-pop bergerak cepat untuk mengumpulkan donasi hampir $100 ribu (Rp1,4 miliar) pada bulan Januari untuk korban banjir di Kalimantan Selatan dan gempa di Sulawesi yang menewaskan sekitar 80 orang dan mengakibatkan 30 ribu orang mengungsi.

Dengan perubahan iklim yang diperkirakan akan memicu bencana cuaca ekstrem termasuk di Indonesia, Arendeelle, penggemar K-pop yang membantu upaya penggalangan dana baru-baru ini, mengatakan dia siap untuk berbuat lebih banyak.

Super Junior tampil di upacara penutupan Asian Games ke-18 di Jakarta, pada tahun 2018.
Super Junior tampil di upacara penutupan Asian Games ke-18 di Jakarta, pada tahun 2018.

"Kami peduli dengan lingkungan. Kami terinspirasi oleh idola kami yang telah menunjukkan keprihatinan maksimal mereka tentang masyarakat," kata Arendeelle, yang menggunakan satu nama dan merupakan koordinator ELF Indonesia, klub penggemar lokal grup K-pop Super Junior.

Penggemar K-pop Indonesia pada tahun lalu juga membantu meningkatkan kampanye online dalam menyoroti deforestasi yang terjadi cepat di Papua, dengan membagikan tagar #SavePapuanForest di media sosial dan menjadikannya topik tren di Twitter.

Momentum seperti itulah yang ingin dipacu oleh Sarifah dari Kpop4Planet dalam mendorong lebih banyak perdebatan tentang perubahan iklim dan dampaknya.

"Deforestasi adalah salah satu alasan mengapa bencana alam ini terjadi," katanya. "Ini berhubungan dengan kita semua."

Sarifah mengatakan dia berharap EXO dan bintang K-pop lainnya akan meminjamkan dukungan mereka untuk kampanye hijaunya. [na/ah]

XS
SM
MD
LG