Di urutan teratas daftar pekerjaan yang harus dilakukan Oleg Gulin, pendeta di Gereja Protestan Rusia di Los Angeles, California, adalah mengisi banyak dokumen. Setiap saat umat di gerejanya memintanya menandatangani dokumen pengecualian dari keharusan vaksinasi COVID-19 karena alasan keagamaan.
“Saat ini saya menandatangani surat pengecualian vaksinasi karena alasan keagamaan bagi seluruh umat gereja saya yang membutuhkannya. Dokumen ini gratis dan saya menulis bahwa berdasarkan keyakinan kami, kami anggap tidak benar untuk menerima vaksin ini.”
Di California, sangat memungkinkan untuk dikecualikan dari vaksinasi COVID-19 karena keyakinan agama.
“Ada dua kriteria yang harus dipenuhi. Salah satu di antaranya adalah keyakinan yang dijalankan dengan teguh dan ini sepertinya istilah yang tidak jelas. Ini benar-benar ditunjukkan dalam sikap individu di mana agama mereka tidak melakukan hal-hal tertentu, seperti vaksinasi. Kedua, benar-benar karena pemimpin agama mendukung pendekatan untuk mendapat pengecualian seperti ini," kata pakar penyakit menular Dr. Monica Gandh.
Bagaimana pengujian vaksin dan komposisinya menguatkan keyakinan untuk tidak bersedia divaksinasi. Pakar hukum di UC Hastings Dorit Reiss mengatakan," Salah satu klaim keagamaan terhadap vaksin COVID-19 adalah vaksin ini memiliki semacam kaitan dengan sel-sel janin dari aborsi tahun 1960an. Vaksin Johnson&Johnson menggunakan sel janin dalam produksinya, tetapi vaksin mRNA tidak. Tetapi ketika konsep itu diuji, mereka menggunakan sel-sel tersebut untuk menguji vaksin itu. Sebagian orang mengatakan hal-hal itu yang membuat mereka menolak divaksinasi.”
Setelah California mulai memperkenalkan pembatasan bagi warga yang tidak divaksinasi, permintaan untuk mendapatkan surat pengecualian vaksinasi meningkat pesat. Ribuan petugas pemadam kebakaran dan medis berupaya mendapatkan surat pengecualian dari gereja-gereja di mana mereka bekerja. Tetapi tidak semuanya diijinkan untuk tidak divaksinasi. Kembali Dorit Reiss.
“Orang-orang dapat menggunakan pengecualian ini untuk berupaya dan mengelak vaksinasi, meskipun mereka tidak benar-benar menentang (vaksinasi) karena alasan agama; tetapi mereka tetap melakukannya! Kami mengetahui hal ini karena orang-orang menghadiri lokakarya yang dilangsungkan untuk mengetahui bagaimana mendapatkan pengecualian agar tidak divaksinasi," kata Dorit.
Itulah sebabnya majikan atau pengusaha membutuhkan waktu untuk mengkaji surat atau dokumen pengecualian satu per satu.
“Jika seseorang telah divaksinasi sebelumnya, mereka mungkin memiliki beban lebih besar untuk menyakini bahwa mereka memang tulus ketika mengatakan 'menolak vaksinasi karena soal agama.' Tetapi ini bukan hambatan sangat besar yang tidak dapat diatasi, karena – pertama, orang dapat mengubah pandangan keagamaan mereka. Mereka bisa saja menjadi religius di kemudian hari. Kedua, kadangkala orang mengatakan 'saya tidak tahu alasan yang membuat saya menentang hal ini," papar Dorit.
Warga Los Angeles Anatoly Koptev, yang mendapat pengecualian vaksinasi karena alasan keagamaan, mengatakan ia pasrah pada Tuhan.
“Ya mungkin saya pernah divaksinasi di masa lalu. Tetapi kemudian saya menjadi lebih religius dan keyakinan saya ini tidak memperbolehkan saya divakinasi. Hal ini dapat saja terjadi kemarin, dan saya mendapat pengecualian hari ini. Saya kira orang tidak dapat menghakimi saya karena saya menjadi religius di saat sekarang ini," katanya.
Para pakar mengatakan pihak berwenang di California dapat melarang pengecualian untuk divaksinasi kapan saja. Jika benar demikian, orang-orang yang relijius akan harus divaksinasi atau memprotes hal ini ke pengadilan. [em/lt]