Tewasnya tiga anggota militer AS dalam sebuah serangan drone terhadap pasukan yang ditempatkan di Yordania timur laut, dekat perbatasan Suriah, adalah sebuah “titik kritis,” kata seorang analis senior Timur Tengah pada Minggu (28/1).
Laura James dari Oxford Analytica mengatakan, bahwa AS akan merasa harus merespons serangan ini dengan lebih kuat dibandingkan dengan serangan-serangan sebelumnya.
“Mungkin AS akan membunuh beberapa pemimpin milisi Irak yang sangat, sangat senior, dan mungkin beberapa pemimpin senior Iran,” ujar dia.
Laura James menambahkan, “Ini adalah titik kritisnya, jadi kematian tiga tentara AS adalah hal yang penting. Ini belum tentu sebuah titik kritis dalam eskalasi yang tidak terkendali antara Amerika Serikat dan Iran, namun ini merupakan tahap yang sangat berbahaya, karena seperti yang saya katakan, AS akan merasa harus memberikan respons yang lebih kuat daripada yang dilakukan terhadap serangan-serangan sebelumnya.”
Serangan tersebut merupakan serangan mematikan pertama terhadap pasukan AS sejak perang Israel-Hamas meletus pada Oktober dan mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Timur Tengah.
Setidaknya 34 personel sedang dievaluasi terkait kemungkinan cedera otak traumatis, kata seorang pejabat AS yang berbicara tanpa menyebut nama kepada kantor berita Reuters. Dua pejabat berbeda mengatakan beberapa pasukan AS yang terluka dievakuasi secara medis dari pangkalan tersebut untuk perawatan lebih lanjut.
Kelompok Perlawanan Islam (Islamic Resistance) di Irak, organisasi payung kelompok militan garis keras yang didukung Iran, mengklaim melakukan serangan di tiga pangkalan, termasuk satu di perbatasan Yordania-Suriah.
Yordania mengutuk “serangan teroris” tersebut dan mengatakan pihaknya bekerja sama dengan AS untuk mengamankan perbatasannya. [ns/ka]
Forum