Tautan-tautan Akses

Pengamat Politik: Sulit Hindari Intervensi Asing di Indonesia


Para Duta Besar/perwakilan negara-negara asing di Indonesia, mendengarkan paparan KPU soal penyelengaraan Pemilu 2014, di Jakarta, Selasa, 1 April 2014 (VOA/Iris Gera)
Para Duta Besar/perwakilan negara-negara asing di Indonesia, mendengarkan paparan KPU soal penyelengaraan Pemilu 2014, di Jakarta, Selasa, 1 April 2014 (VOA/Iris Gera)

Pemerintah Amerika Serikat mengapresiasi pemilihan umum legislatif di Indonesia dan sangat menghargai proses yang akan berlangsung dalam pemilu presiden Juli mendatang.

Pada kesempatan di Jakarta akhir pekan lalu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Blake mengatakan bahwa pemerintah Amerika menilai pemilu legislatif 9 April 2014 sukses dan diharapkan kondisi serupa juga terjadi dalam pemilu presiden.

Duta Besar Robert Blake mengatakan melalui putaran pertama yaitu pemilu legislatif, menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara demokrasi yang matang, meski sempat terjadi insiden-insiden kecil, yang tidak terlalu berarti.

Duta Besar Robert Blake menambahkan pemerintah Amerika tidak pernah intervensi terhadap proses pemilu di Indonesia dan tetap menghargai apapun hasilnya. Lebih lanjut dikatakannya bahwa Amerika tidak pernah mendukung kandidat tertentu, dan yang didukung adalah proses berlangsung secara bebas dan adil.

Menanggapi apresiasi negara-negata asing termasuk Amerika terhadap proses pemilu di Indonesia, kepada VOA di Jakarta, Senin (28/4), pengamat politik luar negeri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth menilai dalam politik luar negeri pasti ada intervensi satu negara ke negara lain jika sudah terikat masalah ekonomi, khususnya investasi. Ia mengingatkan utang luar negeri Indonesia saat ini mencapai sekitar Rp 2 ribu trilyun dan hampir tidak mungkin tanpa disertai intervensi.

Selain itu ia menambahkan, banyaknya investor asing terutama dari Amerika berinvestasi di Indonesia, membuat Indonesia sulit menghindar dari intervensi. “Pemilu itu kalau dikatakan bebas dari kepentingan internasional juga terlalu naif. Tapi seberapa kepentingan internasional mempengaruhi kita, itu tergantung kepada kemandirian Indonesia. Apakah kepentingan itu bisa kita tetap menomorsatukan national interest kita, ataukah semata-semata mengikuti kepentingan internasional yang mau masuk di Indonesia," kata Adriana Elisabeth.

Ditambahkan Adiana, bahwa dia melihatnya lebih kepada kepentingan ekonomi. "Tidak mungkin satu negara melibatkan diri dalam proses politik di negara lain tanpa ada kepentingan financial. Kalau kita melihat bagaimana masyarakat sangat menolak adanya praktek-praktek neo liberalism di Indonesia, itu kan jelas konsep itu dibawa dari negara-negara yang memang sangat pro kepada implementasi dari konsep-konsep itu sendiri,” jelasnya.

Menurut Adriana Elisabeth, sesulit apapun situasi dan kondisi yang dialami Indonesia terkait intervensi negara-negara asing, Indonesia harus tetap punya sikap dan pendirian serta handal dalam berdiplomasi. Sebagai negara berkembang ditambahkannya Indonesia harus terus meningkatkan kemampuan dalam berbagai hal ke arah lebih baik dan mandiri.

“Diplomasi Indonesia memang belum menghasilkan sebuah operasionalisasi yang benar-benar mengangkat kesejahteraan masyarakat secara luas, pertumbuhan ekonomi kita terjadi tetapi pemerataannya tidak ada, diplomasi ekonominya yang harus perlu ditingkatkan, menurut saya kita harus taft ketika negosiasi awal untuk investasi,” kata Adriana.

Recommended

XS
SM
MD
LG