Pengadilan di Kota Charlottesville di Amerika Serikat (AS), Kamis (30/3), membuat keputusan yang sangat tidak biasa, yaitu membatalkan adopsi anak yatim-piatu perang Afghanistan oleh seorang marinir AS.
Kantor berita Associated Press melansir putusan pengadilan yang dikeluarkan satu tahun berselang setelah marinir AS itu mengambil anak perempuan itu dari pasangan Afghanistan yang membesarkannya. Namun, masa depan anak itu masih kabur.
Untuk sementara, anak perempuan itu masih dalam pengasuhan Mayor Marinir Joshua Mast dan istrinya, Stephanie. Pasangang itu sudah mendapat hak asuh sementara sebelum resmi mengadopsi anak itu.
Dengan putusan itu, pasangan Mast harus membuktikan kembali di hadapan pengadilan bahwa mereka layak mendapat hak adopsi permanen.
Di tengah ketidakpastian, pasangan suami-istri Afghanistan menyambut keputusan pengadilan AS itu. Pemerintah Afghanistan mengidentifikasi pasangan Afghanistan itu sebagai kerabat anak perempuan itu dan sempat mengasuhnya selama 18 bulan.
Mereka langsung sujud syukur di luar gedung pengadilan begitu mendengar putusan tersebut. Sambil berpelukan, sang suami menghapus air mata keduanya dengan menggunakan kain hijab istrinya.
Pasangan Masts bergegas meninggalkan gedung pengadilan usai pembacaan putusan didampingi oleh pengacara mereka. Mereka tidak diperbolehkan memberi komentar sesuai dengan perintah.
Sengketa adopsi
Sengketa adopsi itu, yang bermula dari liputan investigasi Associated Press, memicu perhatian pejabat tinggi pemerintahan mulai dari Gedung Putih hingga Taliban.
Investigasi Associated Press pada Oktober mengungkap bagaimana Mast bersikeras menyelamatkan bayi perempuan itu dan membawanya pulang ke AS. Menurut laporan itu, Mast melakukan tindakan tersebut karena iman Kristennya. Namun hingga saat ini, perintah adopsi masih berlaku.
“Belum pernah ada kasus seperti ini,” kata Hakim Claude V. Worrell Jr pada Kamis (30/3).
Anak perempuan, yang kini berusia empat tahun itu, ditemukan luka-luka di bawah puing-puing setelah serangan bersama militer AS-Afghanistan di sebuah desa di Afghanistan pada 2019. Pada saat itu, anak perempuan tersebut masih bayi.
Dia menjalani perawatan lebih dari lima bulan di rumah sakit militer AS sebelum Pemerintah Afghanistan dan Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) memutuskan dia bisa tinggal dengan kerabatnya. ICRC kemudian mempertemukan anak perempuan itu dengan kerabatnya.
Tanpa sepengetahuan pasutri Afghanistan, Mast dan istrinya memutuskan menjadi orang tua bagi anak perempuan tersebut. Pasangan Mast mengatakan kepada Hakim Richard Moore di Pengadilan Sirkuit Virginia bahwa anak perempuan itu adalah anak teroris yang tewas dalam pertempuran. Dengan demikian, anak perempuan itu tidak punya kewarganegaraan.
Joshua mengklaim Pemerintah Afghanistan siap mencabut yurisdiksi atas anak perempuan tersebut. Namun ternyata Pemerintah Afghanistan tidak pernah melakukannya. Moore kemudian mengabulkan permohonan adopsi.
Pasangan Mast kemudian menghubungi pasangan warga Afghanistan itu dan menawarkan membantu perawatan medis anak perempuan tersebut. Setelah militer AS mundur dari Afghanistan dan negara itu jatuh ke kekuasaan Taliban pada 2021, Masts membantu pasangan Afganistan itu untuk evakuasi ke AS. Setibanya di AS, Mast menggunakan perintah adopsi untuk mengambil anak tersebut dan pasangan Afghanistan belum pernah melihat lagi anak perempuan tersebut sejak saat itu.
Dalam dokumen pengadilan, pasangan Mast mengatakan mereka mengadopsi anak perempuan itu secara sah. Mereka juga mengatakan tuduhan penculikan anak yang dilontarkan pasangan asal Afghanistan itu “sangat memalukan” dan “tidak pantas.” Keduanya sudah berkali-kali menolak memberi komentar kepada AP.
Putusan kontroversial
Hakim Worrell yang mengambil alih kasus itu setelah Hakim Moore pensiun pada November, mengatakan pasutri Afghanistan itu adalah “orang tua anak perempuan itu secara de facto saat mereka tiba di AS.” Worrell menambahkan proses hukum kedua pasutri Afghanistan itu sudah dilanggar.
Worrell juga mengatakan bahwa pasutri Masts mengetahui beberapa hal yang tidak pernah mereka ungkap di persidangan. Terutama mengenai kejadian sebenarnya di Afghanistan pada saat bersamaan dengan Pengadilan di Virginia mengabulkan adopsi.
Hakim tidak yakin bahwa hal itu disengaja. Namun “yang penting adalah pengadilan tidak mendapat semua informasi yang diketahui oleh Mast pada saat putusan pengadilan dibacakan."
Pembatalan adopsi itu menjadi satu perkembangan baru dalam kasus yang sudah menyedot perhatian.
“Begitu adopsi sudah dikabulkan, sangat sulit dan jarang sekali dibatalkan,” kata pengacara Virginia, Stanton Phillips.
“Ini sangat, sangat, tidak biasa,” kata Barbara Jones, seorang pengacara adopsi. “Anda tidak pernah mendengar hal ini terjadi.”
Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Kamis (30/3), mengatakan pihaknya mengetahui tentang putusan itu dan merujuk AP kepada Departemen Kehakiman yang menolak untuk memberi komentar. Persidangan berikutnya dijadwalkan akan digelar pada Juni. [ft/ah]
Forum