Presiden Amerika Donald Trump “berkeras” ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penyidikan kriminal terhadap kaitan tim kampanyenya tahun 2016 dengan Rusia, tetapi salah seorang pengacaranya mengatakan ia tetap skeptis untuk memperbolehkan Trump menghadapi pertanyaan-pertanyaan jaksa tentang apakah ia telah menghalangi upaya mencari keadilan dengan mencoba menggagalkan penyelidikan tersebut.
Pengacara Trump yang juga mantan walikota New York, Rudy Giuliani, hari Minggu (27/5) mengatakan kepada CNN bahwa jaksa penyidik khusus Robert Mueller ingin menyampaikan pertanyaan kepada presiden tentang dua topik utama: kemungkinan kolusi dengan Rusia pada bulan-bulan sebelum pemilihan presiden dan apakah Trump sebagai presiden pernah berupaya memblokir penyelidikan itu dengan memecat Direktur FBI James Comey, yang memimpin penyidikan tentang Rusia sebelum akhirnya Mueller ditunjuk untuk mengambil-alih penyidikan itu.
“Kami cukup nyaman untuk menjawab pertanyaan tentang kolusi itu, karena memang tidak ada,” ujar Giuliani.
“Saya tidak senyaman itu untuk pertanyaan tentang upaya mengganggu jalannya penyidikan. Saya tidak nyaman. Presiden OK saja. Ia tidak bersalah. Saya tidak nyaman karena ini masalah interpretasi, bukan hanya soal keras dan cepat, tetapi juga benar atau tidak benar,” imbuhnya.
Giuliani menambahkan, “Jika Anda menafsirkan pernyataannya tentang memecat Comey… jika Anda menafsirkan hal itu sebagai menghalangi jalannya penyelidikan, dan bukan sebagai pemecatan karena orang tersebut melakukan pekerjaan yang buruk… Jika Anda melihatnya sebagai upaya menghalangi jalannya penyelidikan maka Anda dapat mengatakan bahwa itu memang demikian.”
Giuliani mengatakan tim penasehat hukum presiden khawatir Trump dapat terjebak dalam sumpah palsu – pelanggaran kriminal atas berbohong di bawah sumpah – ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan jaksa tentang alasan pemecatan Comey. Awalnya, Gedung Putih mengatakan Trump memecat Comey karena ia diduga salah menangani penyelidikan FBI tentang penggunaan server email pribadi oleh calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton yang menjadi lawan Trump dalam pemilihan presiden tahun 2016, ketika Hillary menjabat sebagai menteri luar negeri pada tahun 2009-2013. [em/al]