Seorang pengacara terkemuka Iran memperkeras peringatan bahwa penguasa Iran membahayakan tahanan politik dengan tidak membebaskan mereka untuk sementara dari penjara, di mana virus corona tampaknya mulai menyebar.
Berbicara kepada VOA Persia dari Iran, Selasa (2/4), Saleh Nikbakht mengatakan penjara-penjara Iran “merupakan tempat yang sangat berbahaya” dalam penularan virus karena penuh sesak dengan narapidana dan tidak mampunya otoritas penjara memfasilitasi social distancing.
“Jika pengadilan tidak mengurangi populasi penjara Iran menjadi seperdelapan dari jumlahnya sebelum pandemi, ini akan menjadi sangat membahayakan bagi narapidana yang tersisa,” kata Nikbakht.
Sebuah laporan PBB menyebut Iran yang menyatakan populasi penjaranya mencapai 189.500 orang tahun lalu, sebelum gelombang penahanan dimulai November lalu, sewaktu pihak berwenang melakukan penindakan keras terhadap protes berhari-hari menentang pemerintah di berbagai penjuru Iran. Laporan pada Januari lalu, yang disampaikan pelapor khusus HAM PBB di Iran, Javaid Rehman, kepada Dewan HAM PBB, menyatakan angka populasi penjara itu 27,7 persen lebih tinggi daripada kapasitas resmi penjara-penjara di Iran.
Pengadilan Iran, Minggu (26/3) mengumumkan tentang perluasan jumlah penerima cuti hukuman dari 85 ribu menjadi 100 ribu narapidana yang telah dibebaskan sementara pada bulan Maret dalam upaya membendung penyebaran virus di dalam penjara. Pengadilan juga menyatakan cuti akan diperpanjang hingga 19 April.
Di antara puluhan ribu narapidana yang masih berada di penjara adalah orang-orang Iran yang didakwa melakukan kejahatan politik yang disebut sebagai pelanggaran “keamanan” dan dalam beberapa kasus diwakili oleh Nikbakht.
Dalam pernyataan di televisi pada 3 Maret, juru bicara pengadilan Gholamhossein Esmaili mengatakan, Iran tidak akan memberi cuti tahanan bagi narapidana yang menjalani hukuman lima tahun lebih. Ini menimbulkan kecaman dari para aktivis HAM dan anggota keluarga yang menginginkan pembebasan sebagian tahanan tersebut. [uh/ab]