Tautan-tautan Akses

Peneliti Oxford: Percobaan Obat HIV untuk Covid-19 Tidak Efektif


Obat HIV merk Kaletra buatan Abbott Laboratories' tampak di sebuah apotek di Chicago, 5 Juni 2007.
Obat HIV merk Kaletra buatan Abbott Laboratories' tampak di sebuah apotek di Chicago, 5 Juni 2007.

Para peneliti di University of Oxford, Senin (29/6), mengumumkan sebuah kombinasi obat anti-virus sebagai pengobatan untuk Covid-19 ternyata tidak menunjukkan potensi penyembuhan pasien.

Obat itu, Kaletra, yang menggabungkan lopinavir dan ritonavir, biasanya digunakan untuk mengobati HIV.

“Hasil dari percobaan ini, bersama dengan percobaan besar acak lainnya harus diperhitungkan ke dalam panduan terbaru sehubungan bagaimana pasien harus diobati,” demikian kata Martin Landray, deputi kepala peneliti percobaan ini.

Lopinavir-ritonavir tidak memitigasi laju kematian jangka pendek, memperpendek waktu tinggal di RS, atau menghambat laju penyakit.

Hasil ini diterbitkan sebagai bagian dari percobaan RECOVERY Oxford, sebuah percobaan besar secara acak melibatkan lebih dari 11.800 pasien dari seluruh Inggris yang melakukan evaluasi terhadap sejumlah pengobatan Covid-19 yang diusulkan. Total ada 1.596 pasien yang diobati dengan kombinasi lopinavir-ritonavir, dan 3.376 pasien yang diberi pengobatan biasa. Mereka mengumumkan hasil ini setelah dikaji oleh sebuah komite independen.

Percobaan ini mengonfirmasi sebuah studi lebih kecil yang diterbitkan di dalam the New England Journal of Medicine edisi Maret, yang juga menyimpulkan bahwa lopinavir-ritonavir tidak membantu penyembuhan pasien Covid-19.

Pada awal Juni, Oxford menerbitkan hasil percobaan yang menunjukkan bahwa obat antimalaria hidroksiklorokuin tidak efektif sebagai pengobatan Covid-19. Presiden AS Donald Trump adalah seorang tokoh yang menganjurkan penggunaan obat itu, dan malahan pada Mei mengatakan, dia minum obat itu sebagai langkah pencegahan.

Milken Institute memperkirakan saat ini terdapat hampir 260 cara pengobatan dan lebih dari 170 vaksin yang sedang dikembangkan. Belum ada pengobatan atau vaksin yang disetujui, meskipun China pada Minggu (28/6) mengumumkan telah memberi persetujuan pada sebuah kandidat vaksin yang akan digunakan oleh pihak militer. [jm/pp]

XS
SM
MD
LG