Tautan-tautan Akses

Penduduk Hawaii Mencari Upaya Tradisional Atasi Perubahan Iklim


Seorang pengunjung pantai berjalan menyusuri Pantai Waikiki, Kamis, 15 Oktober 2020, di Honolulu. (Foto: AP)
Seorang pengunjung pantai berjalan menyusuri Pantai Waikiki, Kamis, 15 Oktober 2020, di Honolulu. (Foto: AP)

Hawaii menghadapi berbagai masalah lingkungan akibat pemanasan global. Dampak tersebut diperburuk oleh sejumlah aktivitas -yang menurut para kritikus- mengabaikan ekologi di lingkungan sekitar

Mereka berpandangan menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional dapat mengurangi kerusakan dengan mengurangi erosi pantai, mengembalikan kadar keasaman air laut yang meningkat dan mengurangi banjir akibat badai yang menghancurkan.

Sejumlah hotel dan perumahan di pesisir sudah merasakan dampak kenaikan permukaan air laut, yang dapat merugikan pulau utama negara bagian Oahu sekitar 40% kawasan pantai pada tahun 2050, menurut sebuah penelitian. Itu juga dapat merugikan sektor pariwisata, sumber pendapatan terbesar bagi pulau-pulau tersebut.

The Grand Waikikian di Hilton Hawaiian Village di Honolulu pada Rabu, 7 Agustus 2019. (Foto: AP/John Marshall)
The Grand Waikikian di Hilton Hawaiian Village di Honolulu pada Rabu, 7 Agustus 2019. (Foto: AP/John Marshall)

Bahkan menurut skenario global yang optimis, dengan asumsi emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, permukaan laut akan naik 30 sentimeter pada akhir abad ini, menurut perkiraan saat ini. Dalam skenario terburuk, permukaan itu bisa naik lebih dari 2 meter pada tahun 2100, menghancurkan wilayah pesisir dan menggusur seluruh penduduk di pulau-pulau tersebut.

Perjanjian Paris tahun 2015 bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dibandingkan dengan tingkat pra-industri.

Suhu udara dan laut mengalami peningkatan dan kadar keasaman bertambah karena lautan menyerap lebih banyak karbon dioksida, merusak terumbu karang dan kehidupan laut.

Perubahan pola cuaca menyebabkan curah hujan yang tidak menentu, dan di beberapa tempat mengalami kekeringan.

Cuaca yang tidak stabil memicu badai dan luapan banjir di Maui dan pulau-pulau lain pada Maret 2021, menghancurkan rumah dan jembatan yang memberikan gambaran, menurut para ilmuwan, tentang apa yang dapat terjadi di masa mendatang.

Celeste Connors dari Hawaii Green Growth, sebuah organisasi nirlaba yang berupaya menerapkan tujuan pembangunan berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa, berdiri di tepi daerah aliran sungai di atas Lembah Manoa, yang mengalirkan air hujan dari pegunungan menuju pantai. Di dekatnya terdapat heiau atau kuil yang telah dipugar, situs keagamaan dan upacara kuno yang terletak di halaman Pusat Warisan Budaya Manoa.

Connor mengatakan itu adalah pusat sistem alami yang menghubungkan bukit-bukit dengan pertanian dataran rendah dan wilayah pesisir Waikiki.

Princeville Makai Club di Princeville, Hawaii menjorok ke Samudra Pasifik di pantai utara Kauai. (Foto AP/John Marshall)
Princeville Makai Club di Princeville, Hawaii menjorok ke Samudra Pasifik di pantai utara Kauai. (Foto AP/John Marshall)

Dikenal sebagai ahupua'a, mengacu pada unit tanah dan sistem pengelolaan sumber daya dari "bukit ke batu karang," kata Connors sekaligus menjelaskan semua didorong oleh etika penatalayanan yang disebut orang Hawaii sebagai mālama.

Beberapa upaya dilakukan di sekitar pulau untuk memperbarui metode dan nilai pertanian tradisional. Di pantai timur atau wilayah berangin Oahu, petani Nick Reppun bekerja untuk kelompok nirlaba yang menanam makanan pokok tradisional seperti sukun dan talas, memulihkan lahan basah dataran rendah itu agar kembali alami.

Pertanian berbatasan dengan kawasan perumahan di daerah yang pernah direncanakan untuk rumah-rumah mewah, marina dan lapangan golf sebelum kantor pemerintahan campur tangan tahun 1991. Kini, kelompok konservasi dan warisan budaya memulihkan daerah aliran sungai kawasan pegunungan dan budidaya akuakultur sekitar pantai, menghidupkan kembali ahupua kuno yang saling berhubungan. [mg/ah]

Recommended

XS
SM
MD
LG