Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tampaknya semakin memperburuk perseteruan diplomatik dengan Amerika Serikat, dengan mengatakan bahwa Amerika harus segera menarik Duta Besar John Bass, jika dia gagal berkonsultasi dengan atasannya mengenai keputusan untuk menangguhkan layanan visa.
Departemen Luar Negeri Amerika mempertanyakan penahanan dua staf lokalnya di Istanbul yang dikatakan terutama memicu penangguhan layanan itu. Koresponden VOA Cindy Saine melaporkan dari Departemen Luar Negeri Amerika mengenai meningkatnya ketegangan antara kedua negara sekutu NATO itu.
Rasa frustrasi semakin memuncak bagi para pemohon visa di konsulat Amerika di Istanbul, karena janji wawancara untuk permohonan visa ke Amerika dibatalkan dan mereka hanya diberi selembar kertas dengan nomor telepon yang tidak pernah diangkat ketika dihubungi.
Omer Yavus, salah seorang pemohon visa yang merasa kecewa. “Saya berencana pergi ke Amerika. Saya punya sepupu di Houston. Saya tadinya ingin mengunjunginya, tetapi kemungkinan besar saya akan membatalkan rencana saya karena keadaan,” katanya.
Perseteruan diplomatik yang tiba-tiba terjadi itu berpotensi menghentikan sebagian besar perjalanan antara Amerika dan Turki, dan membuat para pejabat Departemen Luar Negeri Amerika bertanya-tanya mengapa Turki menahan dua staf lokal Konsulat Amerika dan kini memanggil seorang staf lainnya.
Heather Nauert, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, mengatakan, “Saya tidak tahu persis apa motif pemerintah Turki. Saya ingin menyatakan, kami kecewa dengan tindakan mereka. Bisa memiliki kerja sama keamanan yang erat, terutama dengan mitra NATO, sangat penting, dan ketika mereka mulai menangkap, menahan, staf kami, orang-orang yang bertanggung jawab atas koordinasi penegakan hukum, itu sangat berarti. Itu merupakan keprihatinan besar kami, dan karena itulah kami mengambil langkah-langkah ini.”
Heather Nauert mengatakan bahwa Duta Besar Amerika untuk Turki John Bass tidak bertindak sendiri, dan menyatakan bahwa dia berkoordinasi dengan Departemen Luar Negeri, Gedung Putih dan Dewan Keamanan Nasional.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh staf Konsulat AS yang ditahan sebagai mata-mata. Erdogan secara pribadi menulis perintah tentang penangguhan visa Turki itu, dengan menyalin perintah penangguhan dari Amerika, menurut Gonul Tol, direktur Lembaga Timur Tengah untuk Kajian Turki.
“Jadi saya kira saat ini situasi domestik sangat rentan terhadap sentimen anti-Amerika dan dia bermain dengan keadaan demikian,” kata Gonul Tol.
Analis Turki Ahmet Kasim Han dari Universitas Kadir Has mengatakan Presiden Erdogan tidak punya pilihan lain.
“Penghentian layanan visa merupakan pukulan terburuk yang bisa dilakukan untuk menyerang satu negara sekutu. Langkah ini agak berlebihan. Turki tidak punya pilihan lain kecuali melakukan pembalasan dengan cara yang sama. Ini sama sekali bukan tindakan yang tidak lazim,” ujarnya.
Ketika ditanya bagaimana kedua negara dapat meredakan ketegangan, juru bicara Departemen Luar Negeri Nauert mengatakan bahwa Turki dapat memulainya dengan memberi kedua anggota staf Konsulat yang ditahan tersebut akses ke pengacara. [lt/uh]