Sviatlana Tsikhanouskaya, pemimpin oposisi Belarusia yang tinggal di pengasingan, melihat dirinya sebagai simbol perubahan yang berperan membantu mengantar pemilu baru karena Presiden Alexander Lukashenko akan berhenti cepat atau lambat.
Tsikhanouskaya berbicara kepada Reuters, Sabtu (22/8), di Lithuania, di mana dia dan dua anaknya mengasingkan diri karena alasan keamanan. Tsikhanouskaya mengatakan dia merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang bisa dilakukan untuk mendukung protes-protes di negaranya, tapi tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden.
"Selama kampanye, saya tidak melihat diri saya sebagai politisi, tapi saya pacu diri saya," katanya. "Saya tidak membayangkan diri saya masuk ke dunia politik. Saya bukan seorang politisi."
Puluhan ribu warga Belarusia telah turun ke jalan-jalan selama hampir dua pekan untuk memprote apa yang mereka yakini sebagai pilpres yang dicurangi pada 9 Agustus lalu. Mereka menuntut Lukashenko, yang berkuasa sejak lama, untuk berhenti supaya pemilihan baru bisa digelar.
Tsikhanouskaya mencalonkan diri melawan Lukashenko setelah suaminya, seorang vlogger ternama, dipenjara. Dia mengatakan takdir memberinya peran yang tak berhak dia hindari.
"Ini adalah nasib saya dan misi saya, dan saya tidak berhak untuk memalingkan diri. Saya sadar saya aman di sini, tapi rakyat yang memilih saya di Belarusia ... memerlukan diri saya sebagai simbol. Mereka perlu sosok yang mereka pilih. Saya tidak mungkin mengkhianati rakyat saya," ujarnya.
Dia sering membuat video-video yang berusaha mempertahankan momentum dari protes-protes. Dia mengatakan dia juga ditelepon oleh para pemimpin dunia yang bertanya bagaimana mereka bisa membantu.
Tidak ada yang memberi janji konkret untuk mendukungnya, dan tidak ada yang mengatakan mereka menganggapnya sebagai presiden terpilih. [vm/ft]
