Di berbagai kota AS, protes berawal damai dan berakhir dengan kekerasan dan kerusuhan. Di Washington, D.C., banyak restoran dan cafe di kawasan Gedung Putih yang mengalami kerusakan setelah dijarah.
Salah satunya adalah Teaism. Michelle Brown, co-owner Teasim, langsung mencuit: "Sebelum orang-orang berbicara atas nama kami. Black Lives Matter."
"Ada asuransi untuk menanggung hal seperti ini, tapi kami sangat sedih dan sakit hati tentang apa yang terjadi di negara ini," kata Linda Neumann, mitra bisnis Brown, kepada Washingtonian.
Jendela cafe Dolcezza di Washington dipecah dengan perabotan teras. Mereka harus keluarkan $1.200 (Rp17,5 juta) untuk menutup jendela dengan papan.
Meski begitu, Robb Duncan, sang pemilik, memahami frustrasi pendemo.
"Ada banyak hal yang terjadi bersamaan dengan kegelisahan orang-orang terkait pekerjaan, masa depan, apa yang tengah terjadi, penghasilan mereka, dan pandemi," kata Duncan kepada the Washington Post.
"Saya mengerti dan kami mendukungnya. Jika ada jendela pecah, ini bukan masalah besar. Memang harus ada perubahan."
Di Minneapolis, Minnesota – kota di mana kasus George Floyd terjadi – restoran Gandhi Mahal milik Ruhel Islam hancur terbakar.
Hafsa Islam, anak Ruhel, menulis pernyataan lewat halaman Facebook Gandhi Mahal yang kini telah dibagi lebih dari 33.000 kali.
"Saya dengar ayah saya berbicara lewat telepon. 'Biarkan gedung saya terbakar. Keadilan harus ditegakkan, penjarakan para polisi itu,'" tulis Hafsa.
"Kita bisa bangun gedung kembali. Tapi kita tidak bisa kembalikan pria ini ke keluarganya," kata Ruhel, yang adalah imigran asal Bangladesh, menurut Buzzfeed.
Tidak sedikit orang-orang yang mengkritik penjarahan dan kerusuhan yang terjadi, dan menyebutnya sebagai 'mengubah pesan protes' dan 'alasan untuk melakukan aksi kriminal.'
Ada juga yang mengatakan kerusuhan 'alat revolusi' dan jadi 'cara efektif setelah berdemo dan berlutut (tanda protes yang diperkenalkan atlet Colin Kaepernick)' tidak membuahkan hasil.
Relawan bersihkan kota setelah protes
Tidak sedikit warga yang turun ke jalanan setelah kerusuhan terjadi – kali ini sebagai relawan untuk membantu membersihkan jalanan dan hasil vandalisme.
"Saya tidak ikut kerusuhan, tapi saya ada di sana saat 2.000 lebih warga Pittsburgh bersatu," kata Russell Ruffolo kepada Pittsburgh Post-Gazette. "Saya mau pastikan pesan itu tidak hilang akibat aksi orang bodoh yang melakukan kerusuhan."
Para relawan membersihkan puing-puing bangunan yang terbakar, menghapus grafiti pada bangunan, hingga mendonasikan makanan untuk mereka yang membutuhkan.
"Kami berkumpul bersama untuk satu tujuan baik, yaitu membawa keadilan untuk apa yang terjadi kepada toko-toko ini," ujar Pierre Paul, salah satu penyelenggara di Minneapolis kepada Fox9.
"Dan semoga saja kami bisa membawa kembali keadilan untuk warga Amerika keturunan Afrika."
Protes dan kerusuhan dipicu kematian George Floyd di Minneapolis, Minnesota. Polisi Derek Chauvin menindih leher Floyd dengan lututnya selama sekitar 8 menit saat menahan Floyd atas dugaan menggunakan uang palsu.
Dalam video yang kini viral, Floyd terdengar mengatakan "saya tidak bisa bernapas" berkali-kali. Floyd lalu dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia.
Chauvin telah didakwa melanggar pasal pembunuhan tidak berencana dan kelalaian yang mengakibatkan kematian seseorang. [np/dw]