Jaksa Agung Amerika Jeff Sessions mengatakan kepada wartawan hari Jumat (4/8) bahwa dia telah melipat-tigakan jumlah penyelidikan tentang "kebocoran informasi" dari yang terjadi selama pemerintahan Obama, untuk menghentikan bocornya informasi rahasia ke media oleh orang-orang dalam pemerintahan Trump, komunitas intelijen dan badan pemerintah lainnya.
Sessions mengatakan bahwa dia dan Presiden Donald Trump "mengutuk dengan kuat jumlah kebocoran yang mengejutkan yang merongrong kemampuan pemerintah kita untuk melindungi negara ini."
Dia menambahkan, "Tidak ada orang yang berhak mengusahakan kepentingan masing-masing lewat media dengan mengungkapkan informasi pemerintah yang sensitif."
Jumpa pers hari Jumat diadakan sehari setelah bocornya transkripsi percakapan telepon presiden Trump dengan sejumlah pemimpin asing dalam beberapa hari pertama pemerintahannya.
Dalam percakapan tersebut, presiden membujuk Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto supaya jangan menolak di muka umum untuk membayar ongkos tembok yang akan dibangun Trump di sepanjang perbatasan Amerika dan Meksiko. Dia juga bertengkar keras dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull tentang pengungsi, dan mengeluh bahwa hal itu akan membuatnya tampak buruk.
Dan Coats, Direktur Intelijen Nasional, menggambarkan kebocoran-kebocoran tersebut sebagai "hal terburuk dalam sejarah negara kita."
"Pengungkapan-pengungkapan ini telah menimbulkan ancaman besar bagi keamanan nasional kita," katanya.
Coats berjanji bahwa badan yang dipimpinnya akan mengambil langkah untuk mengidentifikasi para pelaku pembocoran dan akan memberikan informasi itu kepada FBI untuk diselidiki secara tuntas. [sp/ii]