JAKARTA —
Pemerintah mengupayakan stabilitas harga kedelai yang terus mengalami kenaikan di pasar akibat dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan Jumat (30/8) mengatakan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, pemerintah akan melakukan impor kedelai dengan harapan adanya stabilitas nilai tukar rupiah.
“Mengingat produksi dalam negeri jauh lebih kecil daripada kebutuhan dalam negeri. Jadi sisanya harus didatangkan dari luar negeri. Nah kalau mendatangkan dari luar negeri ini kan terkait dengan nilai tukar (Rupiah). Kalau nilai tukar bergejolak yang tentunya harga bergejolak. Tapi kalau nilai tukar tidak bergejolak ya harga akan stabil. Saya cukup yakin langkah-langkah yang sudah diumumkan pemerintah termasuk policy instrument yang sudah disikapi oleh Bank Indonesia ini akan bisa membantu menstabilisasi nilai tukar yang akan bisa membantu menstabilisasi harga kedelai di pasaran.
Gita Wirjawan menambahkan stok ketersediaan kedelai di pasar dalam negeri masih belum mencukupi hingga akhir tahun ini. Sehingga menurutnya pemerintah saat ini tengah melakukan berbagai langkah antisipasi.
Sementara itu Menteri Pertanian Suswono menjelaskan petani kurang tertarik menanam kedelai karena harga jualnya kurang menguntungkan jika dibandingkan menanam tebu, padi, ataupun jagung. Hal itu mengakibatkan produksi dalam negeri kedelai terus mengalami penurunan sehingga menurutnya perlu segera dilakukan impor kedelai dalam jumlah yang lebih besar agar stok kedelai hingga akhir tahun ini bisa mencukupi.
Kementrian Pertanian tambah Suswono tengah mengupayakan perluasan tambahan lahan untuk kedelai. Suswono menyarankan Badan Urusan Logistik (Bulog) perlu lebih optimal sebagai penyangga pasar kedelai dalam negeri sehingga petani bisa lebih bergairah menanam kedelai.
“Sejak awal saya sampaikan memang perlu tambahan lahan untuk kedelai paling tidak 500 ribu hektar. Karena dulu saat kita swasembada luas lahan kedelai itu sampai 1,5 juta hektar, sekarang kan tinggal 700 ribu hektar. Mau tidak mau, petani harus diberikan akses lahan baru. Sekarang ini dengan harga Rp 7 ribu per kilogram, seharusnya petani sudah harus bergairah. Tetapi Bulog belum berbuat optimal untuk pasar kedelai, kalau bisa menjadi penyangga ini akan menjadi menarik buat petani,” kata Mentan Suswono.
Seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, harga kedelai di berbagai daerah sudah tembus Rp 9.000/Kg, padahal harga normalnya berkisar Rp 7.700-8.000/Kg. Hal ini mengakibatkan para perajin tahu dan tempe menjerit karena harga kedelai yang melambung tinggi itu. Kenaikan harga kedelai yang terjadi di hampir seluruh daerah ini memicu berbagai aksi protes dari para produsen tahu dan tempe.
“Mengingat produksi dalam negeri jauh lebih kecil daripada kebutuhan dalam negeri. Jadi sisanya harus didatangkan dari luar negeri. Nah kalau mendatangkan dari luar negeri ini kan terkait dengan nilai tukar (Rupiah). Kalau nilai tukar bergejolak yang tentunya harga bergejolak. Tapi kalau nilai tukar tidak bergejolak ya harga akan stabil. Saya cukup yakin langkah-langkah yang sudah diumumkan pemerintah termasuk policy instrument yang sudah disikapi oleh Bank Indonesia ini akan bisa membantu menstabilisasi nilai tukar yang akan bisa membantu menstabilisasi harga kedelai di pasaran.
Gita Wirjawan menambahkan stok ketersediaan kedelai di pasar dalam negeri masih belum mencukupi hingga akhir tahun ini. Sehingga menurutnya pemerintah saat ini tengah melakukan berbagai langkah antisipasi.
Sementara itu Menteri Pertanian Suswono menjelaskan petani kurang tertarik menanam kedelai karena harga jualnya kurang menguntungkan jika dibandingkan menanam tebu, padi, ataupun jagung. Hal itu mengakibatkan produksi dalam negeri kedelai terus mengalami penurunan sehingga menurutnya perlu segera dilakukan impor kedelai dalam jumlah yang lebih besar agar stok kedelai hingga akhir tahun ini bisa mencukupi.
Kementrian Pertanian tambah Suswono tengah mengupayakan perluasan tambahan lahan untuk kedelai. Suswono menyarankan Badan Urusan Logistik (Bulog) perlu lebih optimal sebagai penyangga pasar kedelai dalam negeri sehingga petani bisa lebih bergairah menanam kedelai.
“Sejak awal saya sampaikan memang perlu tambahan lahan untuk kedelai paling tidak 500 ribu hektar. Karena dulu saat kita swasembada luas lahan kedelai itu sampai 1,5 juta hektar, sekarang kan tinggal 700 ribu hektar. Mau tidak mau, petani harus diberikan akses lahan baru. Sekarang ini dengan harga Rp 7 ribu per kilogram, seharusnya petani sudah harus bergairah. Tetapi Bulog belum berbuat optimal untuk pasar kedelai, kalau bisa menjadi penyangga ini akan menjadi menarik buat petani,” kata Mentan Suswono.
Seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, harga kedelai di berbagai daerah sudah tembus Rp 9.000/Kg, padahal harga normalnya berkisar Rp 7.700-8.000/Kg. Hal ini mengakibatkan para perajin tahu dan tempe menjerit karena harga kedelai yang melambung tinggi itu. Kenaikan harga kedelai yang terjadi di hampir seluruh daerah ini memicu berbagai aksi protes dari para produsen tahu dan tempe.