Pemerintah minoritas Portugal kalah dalam mosi tidak percaya di parlemen pada Selasa (11/3). Kekalahan itu memaksa pemerintah tersebut mengundurkan diri dan membawa negara Uni Eropa itu ke pemilihan umum ketiga dalam tiga tahun terakhir.
Jatuhnya pemerintah menandai periode ketidakstabilan politik terburuk sejak Portugal mengadopsi sistem demokrasi lebih dari 50 tahun yang lalu setelah Revolusi Bunga Anyelir 1974, yang mengakhiri kediktatoran selama empat dekade.
Serangkaian pemerintahan minoritas -- yang sekarang digulingkan dan dua yang sebelumnya -- tidak dapat membentuk aliansi kuat yang dapat memastikan pemerintahan menyelesaikan masa jabatan konstitusionalnya selama empat tahun tanpa partai-partai oposisi berupaya untuk menjatuhkannya.
Pemilihan umum baru, kemungkinan digelar pada bulan Mei mendatang, menempatkan negara berpenduduk 10,6 juta orang itu ke dalam ketidakpastian politik selama berbulan-bulan tepat pada saat Portugal sedang dalam proses menginvestasikan lebih dari $24 miliar dana pembangunan Uni Eropa.
Benua Eropa, sementara itu, menghadapi tantangan langsung terhadap keamanan dan ekonominya.
Ketidakpuasan para pemilih dan kembali diadakannya pemilu dapat menguntungkan partai populis sayap kanan radikal Chega, yang telah memanfaatkan rasa frustrasi terhadap partai-partai arus utama. Portugal telah terperangkap dalam gelombang populisme Eropa yang meningkat, dengan Chega melonjak ke posisi ketiga dalam pemilihan tahun lalu. [ab/uh]
Forum