Ditengah kondisi lemahnya ekonomi yang melanda Indonesia, Pemerintah meminta masyarakat tidak panik, khususnya dalam menyikapi semakin terpuruknya mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika.
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan di kantor Kemenko Polhukam Jakarta Selasa (25/8) mengatakan, hingga saat ini langkah yang diambil Bank Indonesia (BI) dan tim ekonomi Pemerintah masih terukur.
"Ga ada yang perlu dipanikkin. Semua menurut saya dari hasil pertemuan kami di Bogor baik. Jadi menurut saya ndak perlu panik. Semua masih terukur. Dan langkah-langkah yang dibuat oleh BI, saya liat juga yang dibuat oleh tim ekonomi dari Pemerintah saya kira on track semua," kata Menteri Luhut Binsar.
Luhut menambahkan, yang perlu dijaga saat ini menurut Luhut adalah masalah ketersediaan pangan.
"Semua saya pikir, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya rasa semuanya betul-betul global jadi menyeluruh. Yang penting kita bisa mengendalikan masalah pangan yang paling pokok. Kalau masalah rupiah, BI sudah mengambil langkah-langkah yang bagus dengan terkordinasi juga dengan Pemerintah," kata Luhut.
Terkait masalah ketersediaan pangan, Luhut menjelaskan Kepala Kepolisian Republik Indonesia sudah mengeluarkan maklumat untuk menindak tegas siapapun yang menimbun bahan pangan khususnya daging.
Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda Swaray Goeltom kepada VOA mengatakan, pemerintah harus rajin memberikan dukungan moral bagi pasar atau pelaku usaha agar tetap optimis di tengah terpuruknya rupiah terhadap dolar Amerika.
"Dengan Rupiah yang Rp 14 ribu, kalau kita pesimis, kita akan melihat, wah ini akan lebih jelek lagi. Nah kalau kita optimis, kita lihat dulu sekeliling, Venezuela 600 persen devaluasinya. Chili, Peru berapa puluh persen. Kalau anda gambarkan di seluruh dunia itu banyak yang lebih jelek dari kita. Tetapi di situ semangat optimisme tetap ada. Sehingga keterpurukan nilai tukar tidak terlalu tercermin di dalam variabel lainnya. BI atau Pemerintah harus rajin menyampaikan kepada market dengan artikulasi yang konsisten mengatakan ‘you don’t have to worry’," kata Miranda Goeltom.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (24/8) mengundang pemimpin perusahaan swasta dan BUMN setingkat direktur utama untuk menemukan langkah kongkrit mengatasi persoalan ekonomi.
"Ada perlambatan ekonomi yang kita alami tetapi juga perlu saya tekankan tidak hanya negara kita yang mengalami. Hamper semua negara yang mengalami perlambatam ekonomi yang lebih berat dari kita. Baik karena krisis Yunani beberapa bulan yang lalu. Baik juga karena kenaikan suku bunga di Amerika. Baik juga karena deprisiasi Yuan di China. Dan yang terakhir ramenya antara Korea Selatan dan Korea Utara. Oleh sebab itu hal-hal tersebut perlu diantisipasi. Kita antisipasi bersama," kata Presiden Jokowi.
Nilai tukar dolar Amerika Serikat pada Selasa (25/8) sore ditutup di kisaran Rp 14.000. Namun menjelang penutupan, mata uang dolar Amerika itu sempat ditekan hingga ke Rp 13.990.