Tautan-tautan Akses

Pemerintah Ethiopia Klaim Hampir Kuasai Wilayah Tigray Utara


Pasukan militer Ethiopia berpatroli dengan menaiki truk di wilayah Tigray, bagian utara Ethiopia, pada 11 Mei 2021. (Foto: AP/Ben Curtis)
Pasukan militer Ethiopia berpatroli dengan menaiki truk di wilayah Tigray, bagian utara Ethiopia, pada 11 Mei 2021. (Foto: AP/Ben Curtis)

Pemerintah Ethiopia memperingati satu tahun pertempuran yang terjadi antara pasukan militer dan pasukan pemberontak di wilayah Tigray utara, dengan mengisyaratkan bahwa pasukan militernya hampir memenangkan pertempuran tersebut.

Di tengah desakan global untuk melakukan gencatan senjata terhadap meningkatnya kekerasan yang terjadi di wilayah Tigray utara, dalam sebuah pernyataan di Facebook pemerintah Ethiopia mengatakan Front Pembebasan Rakyat Tigray “dan anteknya sedang dikepung oleh pasukan pemerintah,” dan bahwa “tikus yang tersesat jauh dari lubangnya (kini) mendekati kematian.”

"Ini bukan negara yang runtuh karena propaganda asing!" tulis pernyataan tersebut. “Kita sedang memerangi sebuah perang untuk meraih eksistensi!”

Meski demikian pasukan Tigray mengatakan mereka terus bergerak mendekati ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, dan mengatakan bahwa wilayah ibu kota itu bisa jatuh ke tangan mereka dalam waktu beberapa bulan, atau bahkan beberapa minggu mendatang.

Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan regional Oromo telah bergabung dengan pasukan Tigray melawan pemerintah pusat, yang mengarah pada apa yang diklaim kedua kelompok sebagai kemajuan yang signifikan.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed sendiri bertekad bahwa pemerintahannya akan menang.

Juru bicara perdana menteri, Billene Seyoum, tidak menanggapi ketika ditanya apakah Abiy akan bertemu dengan Utusan Khusus Amerika Serikat untuk wilayah Semenanjung Somalia, Jeffrey Feltman, yang dijadwalkan tiba di Ethiopia pada Kamis (4/11) dalam kunjungan selama dua hari di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kekerasan yang terjadi di negara tersebut.

“Ethiopia tidak akan runtuh. Ethiopia akan makmur,” kata Abiy, yang berbicara di Addis Ababa, pada Rabu (3/11).

Seorang pria tampak memegang lilin dalam acara peringatan mengenang korban yang berjatuhan akibat konflik di Tigray. Acara digelar di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, pada 3 November 2021. (Foto: AFP/Eduardo Soteras)
Seorang pria tampak memegang lilin dalam acara peringatan mengenang korban yang berjatuhan akibat konflik di Tigray. Acara digelar di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, pada 3 November 2021. (Foto: AFP/Eduardo Soteras)

"Ethiopia akan ada untuk selamanya dan (harus mempertahankan) kehormatannya dengan cara mengalahkan semua yang mengujinya lewat tumpah darah warganya"

Pemerintah Ethiopia, pada Rabu (3/11), mengumumkan keadaan darurat nasional selama enam bulan dan meminta penduduk untuk mempertahankan wilayah tempat tinggalnya jika pemberontak tiba di ibu kota.

“Eksistensi, kedaulatanm, dan persatuan negara kita sangat terancam. Dan kita tidak bisa menghilangkan bahaya ini melalui sistem dan prosedur penegakan hukum yang biasa," kata Menteri Kehakiman Gedion Timothewos dalam konferensi pers pemerintah.

Debretsion Gebremichael, pemimpin wilayah Tigray, menyalahkan pemerintah Ethiopia dan sekutunya karena telah menyebabkan penderitaan selama tahun lalu.

“Para penghasut perang memutuskan untuk melanjutkan perang, dan kita memasuki perang ini karena satu-satunya pilihan yang kita miliki adalah menghancurkan musuh dengan paksa", kata Gebremichael.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price meminta semua pihak yang bertikai untuk mengakhiri pertempuran, melindungi satu sama lain dan hak-hak warga negara. Ia mengatakan Departemen Luar Negeri Amerika kini telah memperbarui peringatan perjalanan untuk Ethiopia menjadi Level 4. [my/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG