Pembunuhan massal di Amerika, seperti pembantaian di sebuah sekolah dasar di Connecticut pada Jumat (14/12), telah menjadi fakta kehidupan yang merisaukan dan berulang kali terjadi di Amerika.
Dalam pembantaian terbaru ini, pihak berwenang mengatakan seorang pria bersenjata menewaskan sedikitnya 26 orang, termasuk 20 murid, di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown di negara bagian Connecticut.
Tiga hari sebelumnya, seorang pria bersenjata melepaskan serentetan tembakan ke arah pelanggan di sebuah pusat perbelanjaan di dekat Portland, Oregon, menewaskan dua orang dan melukai pelanggan lain yang belum diketahui jumlahnya.
Juli lalu, seorang mahasiswa pascasarjana yang mengalami gangguan jiwa melepaskan tembakan pada pertunjukan film Batman terbaru yang diputar tengah malam di sebuah bioskop di Colorado, menewaskan 12 orang. Kurang dari sebulan kemudian, seorang veteran Angkatan Darat menewaskan lima pria dan seorang wanita di sebuah kuil Sikh di Wisconsin.
Seperti dalam serangan Jumat, pembunuhan sering terjadi di tempat-tempat yang tampaknya aman dan damai. Seorang pria bersenjata pada awal 2011 menewaskan enam orang dan melukai 13 lainnya, termasuk anggota kongres Gabrielle Giffords, ketika ia menemui para pemilih Sabtu pagi di luar sebuah supermarket di Arizona.
Pada 2009, seorang psikiater Angkatan Darat Amerika menewaskan 13 tentara dan warga sipil di sebuah pangkalan Angkatan Darat di Texas.
Dua tahun sebelumnya, seorang mahasiswa di salah satu universitas yang besar, Virginia Tech, menewaskan 32 orang di kampus yang luas. Pada 1999, dua siswa SMA di Colorado membunuh 12 teman sekelas dan gurunya.
Majalah Mother Jones memberitakan bahwa sejak 1982, paling sedikit telah terjadi 61 pembunuhan massal di Amerika, yang didefinisikan pihak Amerika sebagai suatu serangan orang bersenjata yang membunuh empat orang atau lebih, biasanya di satu lokasi saja.
Setelah pembunuhan massal di Amerika, beberapa anggota Kongres mengimbau pengaturan senjata api yang lebih ketat.
Tapi para pejabat Amerika hanya sekali-sekali mengesahkan undang-undang baru, karena Konstitusi Amerika menjamin hak untuk memiliki senjata. Majalah Mother Jones mengatakan dalam pembunuhan massal dalam 30 tahun terakhir, para pelaku bersenjata menggunakan 139 senjata api, lebih dari tiga-perempat diantaranya diperoleh dengan surat izin.
Dalam pembantaian terbaru ini, pihak berwenang mengatakan seorang pria bersenjata menewaskan sedikitnya 26 orang, termasuk 20 murid, di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown di negara bagian Connecticut.
Tiga hari sebelumnya, seorang pria bersenjata melepaskan serentetan tembakan ke arah pelanggan di sebuah pusat perbelanjaan di dekat Portland, Oregon, menewaskan dua orang dan melukai pelanggan lain yang belum diketahui jumlahnya.
Juli lalu, seorang mahasiswa pascasarjana yang mengalami gangguan jiwa melepaskan tembakan pada pertunjukan film Batman terbaru yang diputar tengah malam di sebuah bioskop di Colorado, menewaskan 12 orang. Kurang dari sebulan kemudian, seorang veteran Angkatan Darat menewaskan lima pria dan seorang wanita di sebuah kuil Sikh di Wisconsin.
Seperti dalam serangan Jumat, pembunuhan sering terjadi di tempat-tempat yang tampaknya aman dan damai. Seorang pria bersenjata pada awal 2011 menewaskan enam orang dan melukai 13 lainnya, termasuk anggota kongres Gabrielle Giffords, ketika ia menemui para pemilih Sabtu pagi di luar sebuah supermarket di Arizona.
Pada 2009, seorang psikiater Angkatan Darat Amerika menewaskan 13 tentara dan warga sipil di sebuah pangkalan Angkatan Darat di Texas.
Dua tahun sebelumnya, seorang mahasiswa di salah satu universitas yang besar, Virginia Tech, menewaskan 32 orang di kampus yang luas. Pada 1999, dua siswa SMA di Colorado membunuh 12 teman sekelas dan gurunya.
Majalah Mother Jones memberitakan bahwa sejak 1982, paling sedikit telah terjadi 61 pembunuhan massal di Amerika, yang didefinisikan pihak Amerika sebagai suatu serangan orang bersenjata yang membunuh empat orang atau lebih, biasanya di satu lokasi saja.
Setelah pembunuhan massal di Amerika, beberapa anggota Kongres mengimbau pengaturan senjata api yang lebih ketat.
Tapi para pejabat Amerika hanya sekali-sekali mengesahkan undang-undang baru, karena Konstitusi Amerika menjamin hak untuk memiliki senjata. Majalah Mother Jones mengatakan dalam pembunuhan massal dalam 30 tahun terakhir, para pelaku bersenjata menggunakan 139 senjata api, lebih dari tiga-perempat diantaranya diperoleh dengan surat izin.