Tautan-tautan Akses

Pemberontak Yaman Sementara Izinkan Penerbangan PBB ke Sanaa


Anggota pasukan Houthi menghadiri pemakaman salah satu anggota pasukan yang terbunuh dalam baku tembak dengan tentara Yaman, di Sanaa, Yaman, pada 24 November 2021. (Foto: AP/Hani Mohammed)
Anggota pasukan Houthi menghadiri pemakaman salah satu anggota pasukan yang terbunuh dalam baku tembak dengan tentara Yaman, di Sanaa, Yaman, pada 24 November 2021. (Foto: AP/Hani Mohammed)

Kelompok pemberontak yang didukung Iran di Yaman mengatakan, pada Selasa (28/12), bahwa mereka untuk sementara mengizinkan penerbangan kemanusiaan PBB mendarat di bandara di ibu kota, Sanaa, menyusul penghentian selama sepekan penerbangan ke wilayah utara yang dikuasai pemberontak.

Pemberontak Houthi, yang menguasai Sanaa dan sebagian besar wilayah utara Yaman, telah melarang PBB dan penerbangan kemanusiaan lainnya mendarat di bandara itu menyusul serangan udara besar-besaran oleh koalisi pimpinan Arab Saudi di ibu kota, dan serangan rudal dan drone lintas batas Houthi terhadap negara kerajaan itu. Pada saat itu, Program Pangan PBB (WFP) mengatakan bahwa Houthi mengklaim bandara tersebut yang sebetulnya sudah tidak bisa memberi layanan karena masalah teknis.

Houthi menuduh koalisi pimpinan Saudi memblokir kedatangan peralatan baru kontrol lalu lintas udara. Koalisi itu berusaha memulihkan kekuasaan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dan mempertahankan blokade udara, darat dan laut di Sanaa dan wilayah utara Yaman.

Bandara Sanaa "siap menerima penerbangan" dari PBB dan badan-badan kemanusiaan internasional lainnya, kata pihak Houthi, pada Selasa (28/12). Mereka juga mendesak PBB untuk membantu memfasilitasi kedatangan peralatan kontrol udara dari Djibouti.

Perang Yaman meletus pada 2014, sewaktu Houthi merebut Sanaa dan memaksa pemerintah yang berkuasa mengasingkan diri ke Arab Saudi. Koalisi pimpinan Saudi kemudian terlibat konflik itu mulai Maret 2015.

Dalam beberapa tahun terakhir, perang telah menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Menurut WFP, lebih dari setengah populasi Yaman yang berjumlah 16,2 juta orang menghadapi kelaparan akut, dengan 2,3 juta anak-anak berisiko kekurangan gizi.

WFP mengatakan awal bulan ini akan mengurangi bantuannya ke-8 juta orang mulai Januari karena kekurangan dana. Dikatakan, orang-orang itu akan menerima hampir setengah dari apa yang mereka dapatkan saat ini dari agen tersebut, sementara 5 juta lainnya yang “berisiko langsung menderita kelaparan'' akan terus menerima jatah penuh WFP.

''Saat-saat genting membutuhkan tindakan yang terpaksa. Kami harus memperluas sumber daya kami yang terbatas dan menetapkan prioritas. Fokus kami saat ini adalah orang-orang yang berada dalam kondisi paling kritis,'' kata Corinne Fleischer, direktur regional WFP. Ia mengatakan stok badan tersebut “sangat rendah'' dan mendesak para donor agar meningkatkan kontribusi mereka untuk menghindari bencana kelaparan yang mengancam.

WFP mengatakan membutuhkan $1,97 miliar pada tahun 2022 untuk terus memberi bantuan makanan penting kepada keluarga-keluarga yang berada di ambang kelaparan di Yaman. [ab/ka]

XS
SM
MD
LG