Tautan-tautan Akses

Pemberontak Mendekat, Kongo Putuskan Hubungan dengan Rwanda


Para prajurit Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo (FARDC) memberi isyarat saat mereka menaiki tank saat mereka maju menuju Sake, 25 km di barat laut Goma pada 23 Januari 2025. (Foto: AFP)
Para prajurit Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo (FARDC) memberi isyarat saat mereka menaiki tank saat mereka maju menuju Sake, 25 km di barat laut Goma pada 23 Januari 2025. (Foto: AFP)

Kongo, Amerika Serikat, dan para pakar PBB menuduh Rwanda mendukung M23 – kelompok pemberontak yang sebagian besar anggotanya berasal dari etnis Tutsi yang memisahkan diri dari pasukan Kongo lebih dari satu dekade lalu.

Kongo memutus hubungan diplomatik dengan Rwanda di tengah pertempuran sengit antara pemberontak yang didukung Rwanda dan pasukan pemerintah Kongo di sekitar kota Goma. Pertempuran ini telah menewaskan sedikitnya 13 personil pasukan penjaga perdamaian dan tentara asing, serta memaksa ribuan warga sipil mengungsi.

Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok pemberontak M23 berhasil merebut wilayah signifikan di sepanjang perbatasan dengan Rwanda, mendekati Goma, ibu kota provinsi di wilayah timur dengan sekitar 2 juta penduduk, yang juga menjadi pusat keamanan dan upaya kemanusiaan regional.

Kongo, Amerika Serikat, dan para pakar PBB menuduh Rwanda mendukung M23 – kelompok pemberontak yang sebagian besar anggotanya berasal dari etnis Tutsi yang memisahkan diri dari pasukan Kongo lebih dari satu dekade lalu.

Kelompok ini merupakan salah satu dari sekitar 100 kelompok bersenjata yang bersaing memperebutkan wilayah di kawasan kaya mineral tersebut; menjadikannya lokasi konflik berkepanjangan dan telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

Anggota MONUSCO menaiki truk pikap untuk mengevakuasi staf PBB non-esensial setelah pertempuran antara pemberontak M23 dan FARDC di Goma, Kivu Utara, Republik Demokratik Kongo, 25 Januari 2025. (Foto: REUTERS/Arlette Bashizi)
Anggota MONUSCO menaiki truk pikap untuk mengevakuasi staf PBB non-esensial setelah pertempuran antara pemberontak M23 dan FARDC di Goma, Kivu Utara, Republik Demokratik Kongo, 25 Januari 2025. (Foto: REUTERS/Arlette Bashizi)

Pemerintah Rwanda membantah tuduhan mendukung pemberontak, tetapi tahun lalu mengakui memiliki pasukan dan sistem rudal di wilayah timur Kongo untuk menjaga keamanan negaranya. Mereka menunjuk pada peningkatan jumlah pasukan Kongo di dekat perbatasan. Para pakar PBB memperkirakan hingga 4.000 personel pasukan Rwanda berada di Kongo.

Kementerian Luar Negeri Kongo pada Sabtu malam (25/1) menyatakan pihaknya memutuskan hubungan diplomatik dengan Rwanda dan menarik seluruh staf diplomatik “dengan segera.” Hingga kini, pemerintah Rwanda belum memberikan tanggapan resmi.

Dewan Keamanan PBB memajukan jadwal pertemuan darurat terkait meningkatnya kekerasan di wilayah timur Kongo menjadi hari Minggu (26/1), atas permintaan Kongo. Pertemuan tersebut semula dijadwalkan berlangsung Senin (27/1).

Pada Minggu pagi, suara tembakan terdengar di berbagi penjuru Goma, hanya beberapa kilometer dari garis depan. Sementara itu, puluhan anak dan orang dewasa yang mengungsi di kamp Kanyaruchinya, salah satu kamp pengungsian terbesar di Kongo timur, dekat perbatasan Rwanda, berbondong-bondong meninggalkan area itu dan bergerak ke selatan menuju Goma.

“Kami melarikan diri karena melihat tentara di perbatasan dengan Rwanda melempar bom dan menembak,” ujar Safi Shangwe yang sedang menuju Goma. “Kami lelah dan takut; anak-anak kami terancam kelaparan,” tambahnya.

Beberapa pengungsi khawatir Goma juga tidak akan aman. “Kami menuju Goma, tapi saya dengar ada bom juga di Goma. Sekarang kami tidak tahu harus ke mana,” kata Adele Shimiye.

Ratusan orang pada Minggu berusaha menyeberang ke Rwanda melalui pos perbatasan di timur Goma, sementara petugas imigrasi memeriksa dokumen perjalanan dengan ketat. “Saya menyeberang ke sisi lain untuk mencari tempat berlindung karena saat ini keamanan di kota tidak terjamin,” ujar Muahadi Amani, penduduk Goma, kepada kantor berita the Associated Press.

Pada awal pekan lalu, pemberontak merebut Sake, berjarak 27 kilometer dari Goma, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa kota tersebut bisa segera jatuh.

Militer Kongo mengatakan pada Sabtu bahwa mereka berhasil menangkis serangan M23 berkat bantuan pasukan sekutu; termasuk tentara PBB dan tentara dari Misi Komunitas Pembangunan Afrika bagian Selatan (SAMIDRC).

Seorang pejabat PBB yang enggan disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara secara terbuka mengatakan kepada Associated Press bahwa dua penjaga perdamaian asal Afrika Selatan tewas pada Jumat (24/1), sementara seorang tentara Uruguay tewas pada Sabtu. Selain itu, tiga penjaga perdamaian asal Malawi juga tewas di Kongo timur, menurut PBB di Malawi pada Sabtu.

Kementerian Pertahanan Afrika Selatan menyebutkan, tujuh tentara Afrika Selatan dari SAMIDRC turut tewas dalam bentrokan dengan M23 dalam dua hari terakhir.

Sejak 2021, pemerintah Kongo dan pasukan sekutunya, termasuk SAMIDRC dan tentara PBB, berupaya menahan M23 agar tidak merangsek ke Goma. Pasukan penjaga perdamaian PBB, yang dikenal sebagai MONUSCO, telah ditempatkan di Kongo lebih dari dua dekade dan saat ini memiliki sekitar 14.000 personel di lapangan. [th/ab]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG