Lee Jang-mi, seorang pekerja kantor usia 34 tahun di Seoul tertawa disertai sedikit rasa malu ketika mengakui dirinya cocok dengan stereotip perempuan Korea Selatan yang lajang dan tidak punya anak. “Saya salah satu orang yang tidak ingin punya anak,” kata Lee.
Meskipun dia sekarang punya hubungan, Lee tidak menikah dan ragu-ragu untuk mulai membentuk keluarga, dan mengutip stres keuangan sebagai keprihatinan utama. “Membesarkan anak dengan baik merupakan beban yang luar biasa besarnya,” ditambahkannya.
Tetapi pandangan Lee mulai berubah setelah mengunjungi sebuah toko dadakan di distrik Seongsu di mana dia mengenal lebih jauh mengenai pembekuan telur, sebuah prosedur medis untuk menjaga potensi reproduksi perempuan.
“Ini sebenarnya sebuah gagasan yang baik,” kata Lee setelah meneliti pameran di toko tersebut. “Karena kalau suatu hari Anda menyesal dengan keputusan untuk tidak punya anak, maka tidak terlambat untuk mengubahnya.”
Pembekuan telur meraih popularitas di kalangan perempuan Korea Selatan yang hendak mempertahankan opsi-opsi perencanaan keluarga mereka tetap terbuka.
Di rumah sakit Maria, klinik kesuburan Seoul yang mendirikan toko itu, jumlah prosedur pembekuan telur naik lebih dari tiga kali lipat antara 2019 dan 2023, sebuah tren yang juga tercermin dalam kenaikan di seluruh negara, menurut Kementerian Kesehatan Korea Selatan. [jm/ab]
Forum