Pejabat tinggi India dan Pakistan datang ke Turkmenistan untuk meresmikan kontrak jual beli gas alam itu hari Rabu.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Turkmenistan, negara dengan cadangan gas alam keempat terbesar di dunia, akan memasok 90 juta meter kubik gas alam per hari melalui pipa akan menghubungkan negara Asia Tengah itu dengan Afghanistan, Pakistan dan India.
Sebagian besar gas alam yang diekspor itu akan membantu memenuhi meningkatnya kebutuhan energi di India dan Pakistan, di mana kebutuhan energi kemungkinan akan naik dua kali lipat menjelang tahun 2030. Sisa gas akan dikirim ke Afghanistan untuk membantu meringankan kekurangan listrik kronis di negara yang dilanda perang itu.
Bank Pembangunan Asia (ADB) telah memainkan peran penting selama dekade terakhir dalam mengkoordinasikan dan memudahkan pembicaraan keempat negara mengenai proyek itu. Pejabat tinggi ADB mengatakan kesepakatan hari Rabu itu menandai sebuah babak baru yang belum pernah terjadi dalam hubungan regional.
Warner Liepach adalah direktur ADB untuk Pakistan. Ia mengatakan,
"Saya pikir itu merupakan perkembangan yang sangat baik, yang menguntungkan untuk semua pihak. Ini akan membawa kemakmuran ke wilayah tersebut dan membuat masing-masing pihak berbicara satu sama lain. Jadi kami sangat senang dan sangat optimis tentang hal ini."
Berbicara kepada VOA, Menteri Informasi Pakistan, Qamar Zaman Kaira, mengatakan kesepakatan tentang pipa Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI) tersebut adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Pakistan, dan akan membantu mendorong perdamaian dan kerjasama.
"Tapi semula diusulkan oleh Pakistan, maka kami menyambutnya. Tentu saja, ini akan menjadi pipa perdamaian karena akan meningkatkan kerjasama antara India dan Pakistan, karena kita akan bersama-sama menggunakan pipa ini," papar Kaira.
Para pengamat percaya meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi yang cepat antara India dan Pakistan telah memainkan peran penting dalam membawa pipa TAPI lebih dekat pada kenyataan.
Swaran Singh adalah profesor hubungan internasional di Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi. Dia mengatakan meskipun terjadi pasang surut dalam hubungan diplomatik antara keempat negara, perjanjian pembangunan pipa tersebut adalah cerminan dari pemahaman mereka bahwa energi adalah kunci untuk peningkatan perdamaian.
"Terutama, karena ketiga negara itu memiliki hubungan yang agak rumit - Afghanistan, Pakistan dan India. Jadi untuk ketiga negara ini, pipa ini lebih dari sekedar energy,ā€¯ungkap Singh.
Ide untuk memmbangun pipa sepanjang 1.800 kilometer yang menghubungkan keempat negara itu pertama kali dikemukakan pada awal tahun 1990, tetapi perang saudara di Afghanistan mencegah pelaksanaannya. Proyek ini diharapkan akan selesai dalam lima tahun, dengan perkiraan biaya sebesar 7,6 miliar dolar AS.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Turkmenistan, negara dengan cadangan gas alam keempat terbesar di dunia, akan memasok 90 juta meter kubik gas alam per hari melalui pipa akan menghubungkan negara Asia Tengah itu dengan Afghanistan, Pakistan dan India.
Sebagian besar gas alam yang diekspor itu akan membantu memenuhi meningkatnya kebutuhan energi di India dan Pakistan, di mana kebutuhan energi kemungkinan akan naik dua kali lipat menjelang tahun 2030. Sisa gas akan dikirim ke Afghanistan untuk membantu meringankan kekurangan listrik kronis di negara yang dilanda perang itu.
Bank Pembangunan Asia (ADB) telah memainkan peran penting selama dekade terakhir dalam mengkoordinasikan dan memudahkan pembicaraan keempat negara mengenai proyek itu. Pejabat tinggi ADB mengatakan kesepakatan hari Rabu itu menandai sebuah babak baru yang belum pernah terjadi dalam hubungan regional.
Warner Liepach adalah direktur ADB untuk Pakistan. Ia mengatakan,
"Saya pikir itu merupakan perkembangan yang sangat baik, yang menguntungkan untuk semua pihak. Ini akan membawa kemakmuran ke wilayah tersebut dan membuat masing-masing pihak berbicara satu sama lain. Jadi kami sangat senang dan sangat optimis tentang hal ini."
Berbicara kepada VOA, Menteri Informasi Pakistan, Qamar Zaman Kaira, mengatakan kesepakatan tentang pipa Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI) tersebut adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Pakistan, dan akan membantu mendorong perdamaian dan kerjasama.
"Tapi semula diusulkan oleh Pakistan, maka kami menyambutnya. Tentu saja, ini akan menjadi pipa perdamaian karena akan meningkatkan kerjasama antara India dan Pakistan, karena kita akan bersama-sama menggunakan pipa ini," papar Kaira.
Para pengamat percaya meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi yang cepat antara India dan Pakistan telah memainkan peran penting dalam membawa pipa TAPI lebih dekat pada kenyataan.
Swaran Singh adalah profesor hubungan internasional di Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi. Dia mengatakan meskipun terjadi pasang surut dalam hubungan diplomatik antara keempat negara, perjanjian pembangunan pipa tersebut adalah cerminan dari pemahaman mereka bahwa energi adalah kunci untuk peningkatan perdamaian.
"Terutama, karena ketiga negara itu memiliki hubungan yang agak rumit - Afghanistan, Pakistan dan India. Jadi untuk ketiga negara ini, pipa ini lebih dari sekedar energy,ā€¯ungkap Singh.
Ide untuk memmbangun pipa sepanjang 1.800 kilometer yang menghubungkan keempat negara itu pertama kali dikemukakan pada awal tahun 1990, tetapi perang saudara di Afghanistan mencegah pelaksanaannya. Proyek ini diharapkan akan selesai dalam lima tahun, dengan perkiraan biaya sebesar 7,6 miliar dolar AS.