Aktivis tunanetra Tiongkok Chen Guangcheng mengkhawatirkan keponakannya, Chen Kegui, dengan mengatakan kepada VOA mengenai kedatangan sejumlah preman ke rumahnya dengan membawa kayu dan memukuli Chen Kegui.
Chen Guangcheng berbicara pada VOA Siaran Bahasa Mandarin hari Senin. Ia menyatakan kasus tersebut sangat tidak adil dan meminta media dan publik untuk memperhatikan situasi keponakannya.
Otoritas di kota itu dan pejabat-pejabat lainnya dilaporkan mendatangi rumah Chen Kegui di Shandong tanggal 27 April lalu untuk mencari Chen Guangcheng yang telah melarikan diri dari tahanan rumah.
Cheng Guangcheng mengatakan keponakannya dan beberapa orang lainnya dipukuli tanpa ampun. Chen Kegui kini ditahan karena melakukan perlawanan untuk membela dirinya, sebagaimana diperbolehkan dalam hukum Tiongkok.
Wakil Komisioner Pusat Penahanan Kota Yinan Li Zhongsheng memberitahu VOA bahwa ia tidak mendengar apapun tentang kasus itu.
Cheng Guangcheng dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun pada 2006 karena mengungkap berbagai pelanggaran kebijakan aborsi yang dipaksakan di Tiongkok, guna mengontrol jumlah penduduk. Chen dikenai tahanan rumah sejak tahun 2010, sebelum melarikan diri pada tanggal 22 April ke Kedutaan Besar Amerika di Beijing dimana ia berlindung selama beberapa hari.
Aktivis hukum otodidak itu setuju untuk meninggalkan Kedutaan Besar Amerika di Beijing itu dibawah kesepakatan yang dicapai antara otoritas Amerika dan Tiongkok, yang akan mengijinkannya tinggal di sebuah tempat yang aman di Tiongkok dan belajar ilmu hukum. Tetapi Chen mengubah pandangannya beberapa jam setelah meninggalkan Kedutaan Besar Amerika di Beijing itu, dengan mengatakan keluarganya telah diancam dan ia mengatakan telah memutuskan untuk pergi ke Amerika.
Hari Senin, Tiongkok mengatakan Amerika seharusnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya peristiwa seperti pada kasus Chen Guangcheng.
Chen Guancheng yang buta sejak kanak-kanak, kini berada di sebuah rumah sakit di Beijing untuk memulihkan luka-luka akibat pelariannya dua pekan lalu.
Chen Guangcheng berbicara pada VOA Siaran Bahasa Mandarin hari Senin. Ia menyatakan kasus tersebut sangat tidak adil dan meminta media dan publik untuk memperhatikan situasi keponakannya.
Otoritas di kota itu dan pejabat-pejabat lainnya dilaporkan mendatangi rumah Chen Kegui di Shandong tanggal 27 April lalu untuk mencari Chen Guangcheng yang telah melarikan diri dari tahanan rumah.
Cheng Guangcheng mengatakan keponakannya dan beberapa orang lainnya dipukuli tanpa ampun. Chen Kegui kini ditahan karena melakukan perlawanan untuk membela dirinya, sebagaimana diperbolehkan dalam hukum Tiongkok.
Wakil Komisioner Pusat Penahanan Kota Yinan Li Zhongsheng memberitahu VOA bahwa ia tidak mendengar apapun tentang kasus itu.
Cheng Guangcheng dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun pada 2006 karena mengungkap berbagai pelanggaran kebijakan aborsi yang dipaksakan di Tiongkok, guna mengontrol jumlah penduduk. Chen dikenai tahanan rumah sejak tahun 2010, sebelum melarikan diri pada tanggal 22 April ke Kedutaan Besar Amerika di Beijing dimana ia berlindung selama beberapa hari.
Aktivis hukum otodidak itu setuju untuk meninggalkan Kedutaan Besar Amerika di Beijing itu dibawah kesepakatan yang dicapai antara otoritas Amerika dan Tiongkok, yang akan mengijinkannya tinggal di sebuah tempat yang aman di Tiongkok dan belajar ilmu hukum. Tetapi Chen mengubah pandangannya beberapa jam setelah meninggalkan Kedutaan Besar Amerika di Beijing itu, dengan mengatakan keluarganya telah diancam dan ia mengatakan telah memutuskan untuk pergi ke Amerika.
Hari Senin, Tiongkok mengatakan Amerika seharusnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya peristiwa seperti pada kasus Chen Guangcheng.
Chen Guancheng yang buta sejak kanak-kanak, kini berada di sebuah rumah sakit di Beijing untuk memulihkan luka-luka akibat pelariannya dua pekan lalu.