Tautan-tautan Akses

Pelukan dan Derai Air Mata Sambut Pembebasan Sandera Palestina


Dunya Shtayyeh, mantan tawanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, disambut oleh keluarga dan teman di Desa Salem, Tepi Barat, Senin, 20 Januari 2025. (AP/Majdi Mohammed)
Dunya Shtayyeh, mantan tawanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, disambut oleh keluarga dan teman di Desa Salem, Tepi Barat, Senin, 20 Januari 2025. (AP/Majdi Mohammed)

Selama 42 hari ke depan, sekitar 1.900 warga Palestina akan dibebaskan sebagai ganti 33 sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Gaza.

Dua bus yang mengangkut tahanan Palestina yang dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata Gaza, harus melintasi kerumunan besar saat akhirnya tiba di Tepi Barat pada pukul 02.00 dini hari, Senin (20/1).

Begitu pintu bus-bus itu dibuka, para perempuan memeluk kerabat mereka dan menangis bahagia sementara kerumunan orang meneriakkan yel-yel, melambaikan bendera, dan naik ke atas kendaraan. Yang lainnya menyalakan kembang api di pinggiran Kota Beitunia yang biasanya lengang.

Bushra al-Tawil, jurnalis Palestina yang dipenjara di Israel pada Maret 2024, termasuk salah satu di antara kelompok tahanan pertama yang dibebaskan dalam gencatan senjata.

Selama 42 hari ke depan, sekitar 1.900 warga Palestina akan dibebaskan sebagai ganti 33 sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Gaza.

Tawil memulai perjalanannya pada pukul 03.00 sehari sebelumnya, ketika ia dipindahkan dari penjaranya ke penjara lain yang lebih dekat dengan tembok pemisah. Di sana, ia digabungkan dengan narapidana lain yang sedang menunggu untuk dipindahkan.

"Penantian itu sangat berat. Namun, syukurlah, kami yakin bahwa kami akan dibebaskan kapan saja," katanya.

Tawil baru mengetahui bahwa ia akan dibebaskan dari narapidana lain setelah menghadiri sidang.

"Para pengacara memberi tahu kami bahwa kesepakatan (gencatan senjata) telah diumumkan dan sedang dalam tahap implementasi," kata Tawil, yang ayahnya juga mendekam di penjara Israel.

"Saya merasa cemas tentang dia. Meskipun masih menjadi tahanan, saya baru saja mendengar kabar baik bahwa dia akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan ini."

Tahanan Palestina (belakang) menunggu untuk turun dari bus Palang Merah saat tiba di kota Beitunia, Tepi Barat yang diduduki, di pinggiran Ramallah, setelah dibebaskan oleh Israel pada 20 Januari 2025 dini hari. (Foto: AFP)
Tahanan Palestina (belakang) menunggu untuk turun dari bus Palang Merah saat tiba di kota Beitunia, Tepi Barat yang diduduki, di pinggiran Ramallah, setelah dibebaskan oleh Israel pada 20 Januari 2025 dini hari. (Foto: AFP)

Ratusan warga Palestina berkumpul menyambut Tawil dan 89 tahanan lainnya yang dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran dengan tiga sandera Israel yang ditahan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Banyak dari kerumunan tersebut sebelumnya telah berkumpul di sebuah bukit di Beitunia untuk melihat penjara Ofer Israel, tempat para tahanan dibebaskan.

"Kami datang ke sini untuk menyaksikannya dan merasakan emosinya, sama seperti keluarga para tahanan yang dibebaskan hari ini," kata Amanda Abu Sharkh, 23 tahun, dari Kota Ramallah yang terletak di dekatnya.

Seperti Keluarga

"Semua tahanan yang dibebaskan hari ini terasa seperti keluarga bagi kami. Mereka adalah bagian dari kami, meskipun mereka bukan saudara sedarah," katanya kepada AFP.

Saat malam tiba dan penantian berlanjut di tengah cuaca dingin yang menyelimuti kota itu, puluhan api unggun kecil menyinari bukit berbatu itu.

Kegembiraan semakin meningkat saat berita tentang pembebasan tiga sandera Israel tersebar.

Muhammad, 20 tahun, mengatakan bahwa ia datang dari Ramallah bersama teman-temannya setelah mendengar perkembangan tersebut.

Ia baru-baru ini dibebaskan dari penjara Ofer. Pada kesempatan itu ia mengungkapkan "kegembiraan yang besar" membayangkan keluarga-keluarganya akan segera bersatu kembali.

Seorang warga memegang poster bergambar mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Ramallah, Tepi Barat, 20 Januari 2025. (Foto: REUTERS/Ammar Awad)
Seorang warga memegang poster bergambar mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Ramallah, Tepi Barat, 20 Januari 2025. (Foto: REUTERS/Ammar Awad)

Tahanan yang akan dibebaskan selama periode gencatan senjata awal 42 hari termasuk banyak yang ditahan secara administratif, tanpa dakwaan resmi.

Yang lainnya menjalani hukuman seumur hidup akibat dakwaan atas serangan yang menewaskan warga Israel.

Lebih jauh di Beitunia, kerumunan yang lebih besar berkumpul di bundaran tempat para tahanan akhirnya diturunkan, melambaikan bendera Palestina dan Hamas, meneriakkan slogan-slogan dan memenuhi jalan-jalan dengan penuh harap.

Banjir Tangisan

Seorang remaja perempuan berusia 18 tahun hampir tidak dapat menahan kegembiraannya saat menunggu ibunya dibebaskan.

"Saya akan langsung memeluknya -- tentu saja, saya akan memeluknya. Awalnya, itu hanya derai air mata kebahagiaan," ujarnya.

Ibunya yang berprofesi sebagai seorang dokter ditangkap pada Januari 2024 di wilayah utara Tepi Barat yang diduduki karena aktivitas media sosial, katanya.

"Mereka menuduhnya melakukan hasutan karena postingan yang ditulisnya di Facebook," katanya, menyebut tuduhan itu "konyol" untuk seorang perawat setengah baya dan bidan terlatih.

Pasukan Hamas dan warga berkumpul di sekitar kendaraan Palang Merah sebelum pembebasan sandera yang diculik, Gaza, 19 Januari 2025. (Foto: REUTERS/Dawoud Abu Alkas)
Pasukan Hamas dan warga berkumpul di sekitar kendaraan Palang Merah sebelum pembebasan sandera yang diculik, Gaza, 19 Januari 2025. (Foto: REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

Di dekatnya, Oday tampak hadir dan menanti bersama keluarganya.

Meskipun dia sudah menghirup udara segar setelah ditangkap bersama putranya pada awal perang pecah, putranya tetap ditahan dan namanya tidak ada dalam daftar pembebasan awal.

Oday, yang memilih untuk tidak menyebutkan nama belakangnya karena takut membahayakan pembebasan putranya, mengatakan putranya ditangkap karena aktivitas media sosial.

Namun, ia mengatakan ingin tetap merayakan pembebasan pada Minggu malam karena ia memahami betul bagaimana rasanya ditawan.

"Anda tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri dan anak Anda," katanya, sambil menambahkan bahwa ia juga merasa bahagia atas pembebasan sandera lainnya dari Gaza. [ah/es]

Forum

XS
SM
MD
LG