Tautan-tautan Akses

Pelatih Timnas Inggris Sebut Isu Pelanggaran HAM di Qatar Mustahil Tidak Dibahas dalam Piala Dunia


Pelatih timnas sepak bola Inggris Gareth Southgate merayakan keberhasilan timnya dalam memenangkan pertandingan semifinal Piala Eropa 2020 melawan Denmark di stadion Wembley, Inggris, pada 7 Juli 2021. (Foto: Pool via Reuters/Frank Augstein)
Pelatih timnas sepak bola Inggris Gareth Southgate merayakan keberhasilan timnya dalam memenangkan pertandingan semifinal Piala Eropa 2020 melawan Denmark di stadion Wembley, Inggris, pada 7 Juli 2021. (Foto: Pool via Reuters/Frank Augstein)

Pelatih tim nasional sepak bola Inggris Gareth Southgate memperkirakan bahwa para anak asuhnya kemungkinan akan berbicara mengenai isu pelanggaran hak asasi manusia dalam ajang Piala Dunia 2022 di Qatar.

Berbicara dalam pengumuman daftar pemain yang bergabung dalam skuad timnas Inggris untuk Piala Dunia pada Kamis (10/11), Southgate mengatakan belum ada keputusan apakah timnya akan melakukan aksi berlutut sebelum pertandingan sebagai bentuk perlawanan terhadap rasisme.

Badan sepak bola dunia FIFA menginginkan agar para negara peserta Piala Dunia untuk fokus pada pertandingan, walaupun terdapat kekhawatiran mengenai perlakuan Qatar terhadap para fans sepak bola dari kelompok LGBTQ dan perlakuan terhadap para pekerja migran.

Namun, Southgate mengungkapkan bahwa bahwa ia ragu bahwa para peserta ajang Piala Dunia akan diam begitu saja melihat isu yang berkembang tentang perhelatan turnamen di negara teluk tersebut.

"Saya pikir (itu) hal yang tidak mungkin," ujarnya dalam konferensi pers. "Kami selalu berbicara mengenai isu yang kami pikir memang harus dibicarakan, terutama isu-isu yang kami rasa kami memiliki pengaruh di dalamnya. Berbeda dari observasi dalam beberapa minggu terakhir ini, kami (timnas) telah berbicara hal-hal yang yang menjadi kekhawatiran peserta lainnya, yaitu tantangan dalam soal hak asasi manusia. Prinsip kami jelas mengenai hal itu.

"Saya pikir kami ingin hanya fokus pada pertandingan saja. Bagi setiap pemain, pelatih, dan individu yang terbang (ke Qatar) untuk Piala Dunia, ajang ini bagaikan sebuah karnaval sepak bola. Kami telah berjuang sangat keras untuk bisa tampil dalam ajang ini dan tentunya tidak ingin hal tersebut dinodai oleh isu lain yang terjadi saat ini. Namun, kami menyadari bahwa kami akan berada di posisi tersebut, jadi kami akan menerimanya dan tidak akan menghindarinya."

Inggris termasuk ke dalam 10 negara, di mana delapan di antaranya berpartisipasi dalam ajang Piala Dunia, yang berjanji bahwa kapten timnas mereka akan mengenakan ban lengan (armband) One Love anti diskriminasi, yang mana hal tersebut melanggarkan peraturan tertulis FIFA.

"Mengenai komunitas LGBT, kami mendukung inklusivitas dan (prinsip) kami sangat, sangat kuat tentang hal itu," ujar Southgate. "Kami pikir hal tersebut penting untuk merangkul semua pendukung.

"Kami memahami tantangan yang ada dalam turnamen ini. Jika bukan karena kekuatan komunitas LGBT, timnas kami tidak akan mungkin menjuarai Piala Eropa sepak bola perempuan. Jadi, komunitas tersebut sangat penting bagi kami."

Sejumlah pemain di Liga Premier Inggris melakukan aksi bertekuk lutut sebagi bentuk dukungan pada gerakan Black Lives Matter di 2020. Namun, pada musim ini mereka hanya melakukan aksi tersebut pada pertandingan-pertandingan tertentu saja seperti partai final.

Southgate mengatakan belum ada keputusan terkait aksi serupa pada ajang Piala dunia nanti.

"Kami akan berdiskusi dengan para pemain ketika kami berada di pusat pelatihan," tambahnya. "Saya selalu mendukung apa (yang pemain) inginkan. Saya memiliki pandangan saya sendiri, namun saya tidak ingin terlalu memengaruhi mereka karena menurut saya penting bagi mereka untuk memiliki pendapat dan prinsip terkait hal itu." [rs/ah]

Forum

XS
SM
MD
LG