Tim SAR berusaha membebaskan 22 pekerja China yang terperangkap di bawah tanah selama lebih dari dua hari menyusul ledakan di sebuah tambang emas di wilayah timur negara itu.
Media pemerintah melaporkan, Selasa (12/1), sekitar 300 petugas penyelamat berusaha membersihkan penghalang untuk menjangkau para pekerja yang kondisinya masih belum diketahui hingga saat ini.
Tambang di provinsi Shandong, China Timur, itu belum sepenuhnya dibangun namun telah mengoperasikan para pekerjanya pada saat ledakan terjadi. Penyebab ledakan belum diungkapkan ke publik.
Manajer tambang itu sendiri tidak melaporkan ledakan tersebut kepada pihak berwenang di kota Yantai hingga Senin malam.
Industri pertambangan China, khususnya batu bara, dulunya dikenal paling banyak menelan korban jiwa di dunia. Lebih dari 5.000 kematian dilaporkan setiap tahunnya di tambang-tambang itu sebagai akibat ledakan, banjir, dan kebocoran gas.
Keselamatan meningkat secara dramatis setelah pihak berwenang mulai merombak industri itu sekitar 15 tahun lalu, dengan mengintensifkan pengawasan dan menutup sebagian besar operasi tambang yang lebih kecil dan lebih berbahaya. Namun, kecelakaan masih relatif sering terjadi, termasuk dua insiden di Chongqing, kota besar di China Barat Daya, yang menewaskan 39 penambang tahun lalu. [ab/uh]