Tautan-tautan Akses

Pekerja, Aktivis Tandai May Day dengan Aksi Unjuk Rasa yang Menantang


Security personnel struggle with a journalist wearing a panda design covering at the Baishazhou wholesale market during a visit by the World Health Organization team on their third day of field visit in Wuhan in central China's Hubei province.
Security personnel struggle with a journalist wearing a panda design covering at the Baishazhou wholesale market during a visit by the World Health Organization team on their third day of field visit in Wuhan in central China's Hubei province.

Para pekerja dan aktivis memperingati May Day (Hari Buruh) pada hari Selasa (1/5) dengan aksi unjuk rasa menuntut pemerintah di berbagai negara mengatasi masalah tenaga kerja.

Hari Buruh Internasional ini merupakan hari libur umum di banyak negara, meskipun di beberapa negara kegiatan dibatasi, sehingga terkadang mengarah ke konfrontasi.

Sekitar 10.000 pekerja dari berbagai kelompok buruh berkumpul di dekat istana presiden di Jakarta untuk menyuarakan tuntutan mereka. Sebagian besar pekerja datang dari Jakarta dan sekitarnya, tetapi ada juga yang datang dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah agar menghindari outsourcing (alih daya), dan menaikkan upah buruh. Mereka juga meminta pemerintah untuk menghentikan pekerja asing bekerja di Indonesia, dengan alasan pekerja asing mengurangi kesempatan kerja bagi pekerja lokal.

Para pengunjuk rasa, sebagian besar pekerja berbaris menuju Istana Presiden dalam peringatan Hari Buruh sedunia, Selasa, 1 Mei 2018 di Manila, Filipina.
Para pengunjuk rasa, sebagian besar pekerja berbaris menuju Istana Presiden dalam peringatan Hari Buruh sedunia, Selasa, 1 Mei 2018 di Manila, Filipina.

Sekitar 5.000 orang dari berbagai kelompok berkumpul di dekat istana kepresidenan di Manila untuk memprotes apa yang mereka katakan sebagai kegagalan Presiden Filipina Rodrigo Duterte memenuhi janji kampanye untuk mengakhiri sistem kerja kontrak, yakni praktik kerja jangka pendek yang tersebar luas di negara itu. Para pengunjuk rasa juga menuntut agar pemerintah mengatasi berbagai masalah termasuk upah yang rendah, pengangguran dan penindasan terhadap serikat pekerja.

Anggota Konfederasi Korea Serikat Pekerja menghadiri rapat umum memperingati Hari Buruh di Seoul Plaza di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 1 Mei 2018. (AP Photo / Lee Jin-man)
Anggota Konfederasi Korea Serikat Pekerja menghadiri rapat umum memperingati Hari Buruh di Seoul Plaza di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 1 Mei 2018. (AP Photo / Lee Jin-man)

Massa yang terdiri dari sekitar 10 ribu anggota berbagai serikat pekerja, berkumpul di pusat kota Seoul, menuntut upah minimum yang lebih tinggi dan berbagai tuntutan lainnya. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang mendesak pemerintah untuk memberlakukan upah minimum 10.000 won (sekitar Rp130.000) per jam dan membuat semua karyawan kontrak menjadi pekerja tetap dengan upah dan perlakuan yang sama. Unjuk rasa itu diselenggarakan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Korea.

Sekitar 2.000 pekerja garmen berkumpul di sebuah taman di ibu kota Kamboja, Phnom Penh, untuk menghadiri unjuk rasa yang diselenggarakan oleh koalisi serikat pekerja garmen. Para pekerja bermaksud melakukan aksi jalan kaki ke Majelis Nasional untuk mendesak anggota parlemen agar membantu mereka mengatasi berbagai masalah terkait ketenagakerjaan, tetapi kelompok itu dihentikan oleh polisi anti huru-hara. [lt]

XS
SM
MD
LG