Pejabat tinggi Palestina, Hanan Ashrawi mengundurkan diri dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada Rabu (9/12), menyerukan “pembaruan dan penyegaran" dalam kepemimpinan politik Palestina.
Ashrawi dilaporkan frustrasi dengan keputusan Otoritas Palestina bulan lalu terkait pembaharuan koordinasi dengan Israel.
Presiden Palestina Mahmud Abbas menghentikan koordinasi itu sebagai tanggapan atas rencana Israel untuk menganeksasi permukiman Yahudi dan daerah lainnya di Tepi Barat yang dikuasai.
Israel kemudian menunda rencana aneksasi tersebut sebagai imbalan atas kesepakatan dalam normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab, yang diumumkan pada Agustus 2020.
Ashrawi, salah satu wajah kepemimpinan Palestina yang paling dikenal, tidak membahas koordinasi dengan Israel itu dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan pengunduran dirinya dari komite eksekutif PLO.
"Saya yakin sudah waktunya melaksanakan reformasi yang diperlukan dan mengaktifkan PLO dengan cara yang dapat memulihkan posisinya," Ashrawi menjelaskan lebih lanjut.
"Sistem politik Palestina membutuhkan pembaruan dan penyegaran dengan mengikutsertakan pemuda, perempuan, dan tambahan profesional yang berkualitas," tambah perempuan yang berusia 74 tahun itu.
Sementara mengkritik kepemimpinan Abbas yang berusia 85 tahun, Ashrawi menggambarkan pembicaraan tentang pengunduran dirinya bersama Abbas bersifat "bersahabat".
Ashrawi telah menyuarakan dukungan atas beberapa pembicaraan rekonsiliasi antara partai Fatah dan saingannya Hamas, kelompok Islam yang menguasai Jalur Gaza.
Otoritas Palestina juga berharap adanya upaya diplomasi yang diperbarui setelah Presiden terpilih AS Joe Biden mulai menjabat.
Otoritas Palestina memutuskan hubungan dengan AS, menuduh pemerintahan Presiden Donald Trump bias dan pro-Israel. [mg/jm]