Pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bantuan kemanusiaan di Yaman, yang berhasil menghindari serangan bom dari udara oleh Israel di bandara Sanaa, pada Jumat (27/12) membantah bahwa bandara itu digunakan untuk kegiatan militer.
Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan “infrastruktur militer” dalam serangan Kamis (26/12). Israel menambahkan sejumlah tempat yang menjadi sasaran di seluruh negeri digunakan oleh Houthi untuk “menyelundupkan senjata Iran” dan mendatangkan pejabat senior Iran.
Koordinator kemanusiaan PBB Julien Harneis mengatakan bandara itu “adalah lokasi sipil yang digunakan oleh PBB.”
“Bandara itu digunakan oleh Komite Internasional Palang Merah, digunakan untuk penerbangan sipil – itulah tujuannya,” katanya kepada wartawan melalui tautan video dari Yaman.
“Pihak-pihak yang berkonflik mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa mereka tidak menyerang sasaran sipil,” tambahnya.
“Kewajibannya ada pada mereka, bukan pada kami. Kami tidak perlu membuktikan bahwa kami adalah warga sipil.”
Harneis menggambarkan bagaimana dia, Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan 18 staf PBB lainnya, terjebak dalam serangan itu. Menurutnya, serangan Israel juga terjadi ketika sebuah pesawat yang penuh sesak mendarat di dekatnya.
Seorang staf PBB terluka parah dalam serangan tersebut, yang menghancurkan fasilitas kontrol lalu lintas udara, kata Harneis. Anggota tim lainnya dievakuasi ke dalam kendaraan lapis baja untuk keselamatan.
“Ada satu serangan udara sekitar 300 meter (985 kaki) di sebelah selatan kami dan satu lagi serangan udara sekitar 300 meter di sebelah utara kami,” katanya.
“Yang paling menakutkan dari serangan udara itu bukanlah dampaknya terhadap kami – tetapi serangan udara itu terjadi… ketika sebuah pesawat sipil dari Yemenia Air, yang membawa ratusan warga Yaman, akan mendarat,” katanya.
"Malahan, pesawat dari Yemenia Air itu mendarat dan parkir, ketika pengatur lalu lintas udara dihancurkan."
Meskipun pesawat itu "dapat mendarat dengan selamat... keadaannya bisa saja jauh lebih buruk," ujar Harneis.
Serangan Israel, katanya, terjadi tanpa adanya indikasi adanya potensi serangan udara.
Lanjut Harneis, bandara ini "sangat penting" untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan ke Yaman. “Jika bandara itu dinonaktifkan, operasi kemanusiaan akan lumpuh.”
PBB menyebut Yaman sebagai “krisis kemanusiaan terbesar di dunia,” dengan 24,1 juta orang membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan.
Institusi-institusi publik yang menyediakan layanan kesehatan, air, sanitasi dan pendidikan telah ambruk setelah perang bertahun-tahun.
Kelompok Huthi menguasai sebagian besar Yaman setelah merebut Sanaa dan menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional pada September 2014.
Serangan Israel terjadi ketika kelompok tersebut meningkatkan serangan jarak jauhnya terhadap Israel setelah gencatan senjata antara Israel dan kelompok lain yang didukung Iran, Hizbullah Lebanon. [ft]
Forum