Tautan-tautan Akses

Afghanistan: Tak Ada Rencana Hidupkan Pembicaraan Damai dengan Taliban


Pasukan keamanan Afghanistan menginspeksi TKP serangan bunuh diri di Kabul, Afghanistan. (Foto: dok.)
Pasukan keamanan Afghanistan menginspeksi TKP serangan bunuh diri di Kabul, Afghanistan. (Foto: dok.)

Afghanistan tidak berencana menghidupkan kembali proses perdamaian yang bertujuan membawa Taliban ke meja perundingan, setelah upaya yang melibatkan empat negara awal tahun ini tidak membuahkan hasil, kata para pejabat Afghanistan hari Kamis (14/7).

Pernyataan itu mencerminkan kekecewaan pemerintah Kabul terkait apa yang disebutnya upaya-upaya setengah hati negara tetangganya, Pakistan, untuk menghidupkan kembali proses perdamaian, dan juga dapat merupakan sinyal mengenai perbedaan pe yang kian besar antara kedua negara bertetangga itu.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah berulang kali menuduh Islamabad melindungi para pemimpin Taliban, tuduhan yang dibantah Islamabad. Jurubicara Ghani, Haroon Chakhansuri, mengatakan kepada Associated Press Kamis bahwa kelompok empat negara – Afghanistan, Pakistan, China dan Amerika Serikat – tidak berencana untuk bertemu lagi dalam waktu dekat.

Kelompok ini telah lima kali bertemu sejak Januari lalu – di Kabul dan di Pakistan. Pertemuan itu tidak mengikutkan Taliban, yang menolak mengikuti pembicaraan perdamaian.

Chakhansuri memperingatkan bahwa Afghanistan akan terus menghadapi kelompok-kelompok teroris yang beroperasi dari dan memiliki basis dukungan di Pakistan.

Javid Faizal, jurubicara Kepala Eksekutif Afghanistan Abdullah Abdullah, menuduh Pakistan tidak memenuhi janji yang dikemukakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, termasuk mengakhiri dukungan bagi Taliban, yang para pemimpinnya diyakini luas berbasis di kota-kota Pakistan di dekat perbatasan, di antaranya Quetta.

Ia mengatakan Pakistan masih mendukung pemberontakan, menyediakan fasilitas-fasilitas medis, pelatihan, pendanaan, yang menunjukkan mereka tidak memenuhi janji untuk mengajak Taliban bergabung dalam proses perdamaian. Jika Pakistan tidak memenuhi janji pada tahap pertama, mustahil untuk melangkah ke tahap berikutnya, ujar Faizal.

Namun Faizal menekankan bahwa partisipasi Kabul dalam pembicaraan perdamaian kelak tidak dikesampingkan, terutama jika Amerika Serikat dan China dapat menjamin hasil yang diharapkan. Pernyataan itu tampaknya merupakan imbauan tersamar bagi Washington dan Beijing agar menekan Islamabad. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG