Tautan-tautan Akses

PBB: Upah Tak Dibayar Dominasi Keluhan Pekerja Migran di Qatar


Seorang pekerja migran tertidur di bangku sebelum shift paginya, di depan Stadion Internasional Khalifa, stadion nasional dan tertua Qatar, yang akan menjadi tuan rumah pertandingan selama Piala Dunia FIFA 2022, di Doha, Qatar, Sabtu, 15 Oktober. 2022. (AP Photo/Nariman El-Mofty)
Seorang pekerja migran tertidur di bangku sebelum shift paginya, di depan Stadion Internasional Khalifa, stadion nasional dan tertua Qatar, yang akan menjadi tuan rumah pertandingan selama Piala Dunia FIFA 2022, di Doha, Qatar, Sabtu, 15 Oktober. 2022. (AP Photo/Nariman El-Mofty)

Upah yang tidak dibayar mendominasi jumlah keluhan yang makin meningkat yang dilaporkan para pekerja migran di Qatar, kata Organisasi Buruh Internasional (ILO), Selasa (1/11).

ILO mengungkapkan itu dalam sebuah laporannya yang disampaikan 19 hari menjelang dimulainya turnamen sepak bola Piala Dunia.
Badan tenaga kerja PBB itu mengatakan jumlah keluhan pekerja meningkat lebih dari dua kali lipat dalam setahun menjadi 34.425 setelah diluncurkannya platform online baru.

“Penyebab-penyebab utama pengaduan tersebut terkait tidak dibayarnya upah dan tunjangan akhir masa kerja, dan cuti tahunan yang tidak diberikan atau dibayar,” kata laporan itu.

Buruh migran menghadiri acara yang menandai 200 hari jelang Piala Dunia FIFA 2022, di ibukota Qatar, Doha, 6 Mei 2022. (KARIM JAAFAR / AFP)
Buruh migran menghadiri acara yang menandai 200 hari jelang Piala Dunia FIFA 2022, di ibukota Qatar, Doha, 6 Mei 2022. (KARIM JAAFAR / AFP)

ILO mengungkapkan bahwa ada 10.500 kasus yang dibawa ke pengadilan perburuhan, dan keputusan hakim terkait hampir semua kasus itu memutuskan mendukung pekerja.

Laporan itu mengatakan jumlah pekerja yang dirawat karena masalah terkait panas, akibat suhu musim panas yang membakar di negara Teluk itu, turun setelah diberlakukannya pembatasan baru pada 2021.

Dalam laporan itu, ILO menyebutkan empat klinik untuk pekerja migran merawat 351 pekerja musim panas ini, turun dari 620 pada 2021 dan 1.520 pada 2020.
Qatar, tempat Piala Dunia dimulai pada 20 November, telah banyak dikritik terkait kondisi pekerja migran, hak-hak perempuan dan komunitas LGBTQ.

Buruh bekerja di sebuah lokasi konstruksi di Doha 18 Juni 2012. Saat Qatar bersiap untuk menjadi tuan rumah turnamen sepak bola Piala Dunia 2022, dan mengucurkan miliaran dolar ke dalam program infrastruktur yang akan membutuhkan sejumlah besar pekerja asing, perlakuannya terhadap tenaga kerja migran menjadi sorotan internasional. Gambar diambil 18 Juni 2012. (REUTERS/Stringer)
Buruh bekerja di sebuah lokasi konstruksi di Doha 18 Juni 2012. Saat Qatar bersiap untuk menjadi tuan rumah turnamen sepak bola Piala Dunia 2022, dan mengucurkan miliaran dolar ke dalam program infrastruktur yang akan membutuhkan sejumlah besar pekerja asing, perlakuannya terhadap tenaga kerja migran menjadi sorotan internasional. Gambar diambil 18 Juni 2012. (REUTERS/Stringer)

Meski demikian, ILO mengatakan Qatar telah melakukan reformasi "signifikan" dengan "memperbaiki kondisi kerja dan kehidupan bagi ratusan ribu pekerja" dan berdampak di seluruh kawasan Teluk.

"Ada pengakuan universal bahwa masih banyak yang perlu dilakukan Qatar untuk sepenuhnya menerapkan dan menegakkan reformasi perburuhan," kata laporan itu.
“Kita semua menyadari bahwa kita belum mencapai garis akhir, dan kita akan membangun fondasi yang kokoh ini untuk mengatasi kesenjangan dalam implementasi, dan memastikan bahwa semua pekerja dan pengusaha dapat memperoleh manfaat penuh dari reformasi besar ini,” kata Ruba Jaradat, direktur regional ILO untuk negara-negara Arab.

Terlepas dari semua itu, kelompok-kelompok HAM masih terus menyoroti rekor HAM Qatar. Mereka menuduh pemerintah tidak melaporkan jumlah kematian pada proyek-proyek konstruksi besar yang terkait dengan Piala Dunia dan menuntut FIFA menyiapkan dana kompensasi untuk para pekerja migran. [ab/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG