Isu Iklim
PBB: Target Iklim Perjanjian Paris 'Dalam Bahaya Besar'
Menurut laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB, periode 2015-2024 diprediksi akan menjadi dekade dengan suhu terpanas yang pernah tercatat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan pada Senin (11/11) bahwa sejumlah target yang dimuat dalam Perjanjian Iklim Paris berada “dalam bahaya besar,” bahkan 2024 diperkirakan akan menjadi tahun dengan suhu tertinggi yang pernah tercatat. PBB menyampaikan pernyataan tersebut saat pembukaan KTT Iklim atau COP29 di Baku, Azerbaijan.
Menurut laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB, periode 2015-2024 diprediksi akan menjadi dekade dengan suhu terpanas yang pernah tercatat, berdasarkan enam sumber data internasional.
Suhu panas itu akan mempercepat gletser mencair, dan menaikkan permukaan laut. Tak hanya itu, peningkatan suhu juga akan menciptakan cuaca ekstrem yang berdampak pada masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia.
"Target Perjanjian Paris dalam bahaya besar," kata WMO saat para pemimpin dunia melakukan pembicaraan iklim berisiko tinggi di Azerbaijan.
Di bawah Perjanjian Paris, hampir setiap negara di Bumi berkomitmen untuk membatasi pemanasan hingga "jauh di bawah" dua derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, dan bahkan sebaiknya di bawah 1,5 derajat Celsius.
Namun, pemantau iklim Uni Eropa Copernicus mengatakan suhu 2024 akan melampaui batas 1,5 derajat Celsius.
Meski masih sejalan dengan Kesepakatan Paris, tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa dunia masih jauh dari target yang ditetapkan.
WMO, yang menggunakan kumpulan data yang lebih lengkap, juga mengungkapkan bahwa 2024 diperkirakan akan melewati batas 1,5 derajat Celsius, dan memecahkan rekor suhu yang baru saja tercatat tahun lalu.
"Krisis iklim menyerang kesehatan, memperburuk ketimpangan, merusak pembangunan berkelanjutan, dan menggoyahkan dasar perdamaian. Kelompok yang paling rentan adalah yang paling terdampak," kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam sebuah pernyataan.
Analisis tim pakar internasional yang dibentuk oleh WMO menemukan bahwa pemanasan global jangka panjang saat ini kemungkinan akan berada di sekitar 1,3 derajat Celsius, dibandingkan dengan garis dasar 1850-1900, kata badan tersebut.
"Setiap kenaikan derajat suhu itu sangat penting," tegas Kepala WMO, Celeste Saulo.
"Baik jika berada di bawah atau di atas kenaikan 1,5 derajat Celsius, setiap peningkatan pemanasan global akan memperburuk cuaca ekstrem, dampaknya, dan risikonya."
Saullo memperingatkan bahwa serangkaian peristiwa cuaca ekstrem yang melanda penjuru dunia pada tahun ini "sayangnya merupakan kenyataan baru buat kita".
Serangkaian bencana itu, katanya, "sedikit gambaran masa depan kita". [ah/rs]
See all News Updates of the Day
- Associated Press
Badai Besar Bawa Hujan Deras dan Salju Lebat di California Utara
Badai besar yang melanda California Utara pada hari Kamis (21/11) memicu salju lebat dan hujan deras, mengakibatkan banjir di beberapa wilayah. Sedikitnya dua orang tewas dan ratusan ribu orang di wilayah Pacific Northwest kehilangan aliran listrik.
Peramal cuaca memperingatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor akan terus berlanjut. Sejumlah penerbangan di bandara San Francisco dibatalkan.
Di Washington, hampir 223.000 orang — sebagian besar di daerah Seattle — masih tanpa aliran listrik saat petugas bekerja membersihkan jalan dari kabel listrik, dahan pohon yang tumbang, dan puing-puing. Pejabat sarana umum mengatakan pemadaman listrik, yang dimulai pada hari Selasa, dapat berlangsung hingga hari Sabtu.
Sementara itu di Pantai Timur, yang jarang mengalami kebakaran hutan, New York dan New Jersey menyambut hujan yang sangat dibutuhkan untuk dapat meredakan bahaya kebakaran di akhir tahun ini.
Layanan Cuaca Nasional memperpanjang peringatan banjir hingga Sabtu untuk wilayah utara San Francisco karena wilayah tersebut dibanjiri oleh sungai atmosfer terkuat musim ini — gumpalan panjang uap air yang terbentuk di atas lautan dan mengalir melalui langit di atas daratan.
Sistem ini menghantam daratan pada hari Selasa sebagai "siklon bom," yang terjadi saat siklon menguat dengan cepat. Badai itu melepaskan angin kencang yang menumbangkan pepohonan ke jalan, kendaraan, dan rumah, menewaskan sedikitnya dua orang di kota Lynnwood dan Bellevue di Washington.
Warga di Washington membuka pusat penghangat yang menyediakan internet gratis dan pengisian daya perangkat. Beberapa klinik medis tutup karena pemadaman listrik.
"Saya sudah di sini sejak pertengahan tahun 80-an. Saya belum pernah melihat yang seperti ini," kata Trish Bloor, yang bertugas di Komisi Sumber Daya Manusia kota Issaquah, saat ia meninjau rumah-rumah yang rusak.
Hujan setinggi 41 sentimeter diperkirakan turun di Oregon barat daya dan daerah utara California hingga hari Jumat.
Santa Rosa mengalami hujan setinggi 16,5 sentimeter dalam 24 jam terakhir, menandai hari terbasah yang pernah tercatat sejak tahun 1998, menurut Joe Wegman, seorang ahli meteorologi di National Weather Service.
Bandara Sonoma County, di wilayah penghasil anggur di utara San Francisco, mengalami hujan lebih dari 28 sentimeter dalam 48 jam terakhir. Bandara Kota Ukiah mencatat hujan sekitar 7,6 sentimeter pada hari Rabu, dan kota Venado mengalami hujan sekitar 32,3 sentimeter dalam 48 jam.
Di dekat Forestville, satu orang terluka ketika sebuah pohon menimpa sebuah rumah. Longsor kecil dilaporkan terjadi di North Bay, termasuk di State Route 281 pada hari Rabu yang menyebabkan kecelakaan mobil, menurut Marc Chenard, seorang ahli meteorologi dari badan cuaca.
Daniela Alvarado mengatakan permintaan jasa terkait pohon yang dijalankan oleh dia dan ayahnya di Sonoma County meningkat hampir tiga kali lipat dalam beberapa hari terakhir, orang-orang meminta jasa memangkas atau menebang pohon.
"Kami merasa sedih, takut, tetapi juga siap membantu," kata Alvarado.
Hujan agak melambat, tetapi "hujan deras yang terus-menerus akan kembali turun pada Jumat pagi," kata kantor badan cuaca San Francisco di platform sosial X. "Belum selesai!"
Banjir bandang yang berbahaya, tanah longsor, dan aliran puing-puing mungkin terjadi, terutama di tempat-tempat yang lereng bukitnya menjadi 'gundul' akibat kebakaran hutan baru-baru ini, para pejabat memperingatkan. Scott Rowe, ahli hidrologi dari badan cuaca di Sacramento, mengatakan bahwa sejauh ini tanah telah mampu menyerap hujan di daerah Butte dan Tehama, tempat Kebakaran Park terjadi musim panas ini.
"Yang penting bukan seberapa banyak hujan yang turun; tetapi seberapa cepat hujan turun," kata Rowe.
Kepala Pemadam Kebakaran Divisi Santa Rosa Paul Lowenthal mengatakan 100 kendaraan terjebak selama berjam-jam di tempat parkir sebuah hotel dan pusat medis setelah terendam air setinggi paha dari sungai yang meluap.
Peringatan badai musim dingin diberlakukan di Sierra Nevada utara di atas ketinggian 1.070 meter, dengan kemungkinan salju setebal 38 sentimeter selama dua hari. Hembusan angin dapat mencapai 121 kilometer/jam di daerah pegunungan, kata para peramal cuaca.
Di Sugar Bowl Resort, utara Danau Tahoe dekat Donner Summit, salju turun hingga mencapai 30 sentimeter semalam, kata manajer pemasaran Maggie Eshbaugh pada hari Kamis. Ia mengatakan resor tersebut akan menyambut para pemain ski dan papan seluncur pada hari Jumat (22/11), tanggal pembukaan paling awal dalam 20 tahun, "dan kemudian salju setebal 30 cm atau lebih akan turun pada hari Sabtu, luar biasa."
Resor populer lainnya, Palisades Tahoe, mengatakan juga akan dibuka pada hari Jumat, lima hari lebih cepat dari jadwal.
Badai tersebut telah mencurahkan salju setebal lebih dari 30 sentimeter di sepanjang Cascades di Oregon pada Rabu malam, menurut layanan cuaca.
Belasan sekolah di daerah Seattle ditutup pada hari Rabu, dan beberapa memilih untuk memperpanjang penutupan hingga hari Kamis.
Covington Medical Center di tenggara Seattle menunda operasi elektif dan mengalihkan ambulans setelah listrik padam dan harus bergantung pada generator pada Selasa malam hingga Rabu, menurut Scott Thompson, juru bicara MultiCare Health System. Di dekatnya, klinik MultiCare tutup pada Rabu dan Kamis setelah listrik padam.
Di Enumclaw, juga di tenggara Seattle, warga membersihkan kota mereka setelah dilanda angin kencang dengan kecepatan 119 km/jam pada Selasa malam.
Ben Gibbard, penyanyi utama band indie rock "Death Cab for Cutie dan Postal Service", berkendara dari tempat tinggalnya di Seattle pada Kamis pagi menuju hutan Tiger Mountain untuk lari, yang selalu ia lakukan setiap hari. Namun pepohonan menghalangi jalan setapak.
"Kami (yang berada) di kota, tidak terlalu terdampak (badai tersebut)," katanya. "Saya tidak mengira seperti ini. Tentu saja kita ikut merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang sebagian rumahnya hancur karena ini."
Gubernur Washington Jay Inslee berterima kasih kepada para petugas yang bekerja keras sepanjang waktu. Mungkin perlu waktu berminggu-minggu untuk mengetahui besarnya kerusakan dan memperkirakan biayanya, katanya dalam sebuah pernyataan, dan setelah itu "kita akan tahu apakah kita akan dapat meminta bantuan pemerintah (federal)."
Di California, ada laporan bahwa rumah-rumah tanpa listrik mencapai hampir 13.000.
Menurut Departemen Transportasi California, pihak berwenang membatasi lalu lintas kendaraan di sebagian Interstate 5 arah utara antara Redding dan Yreka karena salju. Para pejabat juga menutup jalan sepanjang 3,2 kilometer di Avenue of the Giants yang indah, yang dinamai berdasarkan pohon redwood yang menjulang tinggi, karena banjir.
Sekitar 550 penerbangan ditunda dan puluhan penerbangan dibatalkan pada hari Kamis di Bandara Internasional San Francisco, menurut layanan pelacakan FlightAware.
Daerah-daerah yang gersang di Timur Laut mendapat curah hujan yang sangat dibutuhkan di wilayah yang dilanda kebakaran hutan dan persediaan air yang menipis itu. Hujan lebih dari 5 sentimeter diperkirakan turun pada Sabtu pagi di utara Kota New York, dengan campuran salju di daerah yang lebih tinggi.
Ahli meteorologi dari layanan cuaca Brian Ciemnecki di Kota New York, yang minggu ini mengalami peringatan kekeringan pertamanya dalam 22 tahun, mengatakan "setiap curah hujan akan signifikan" tetapi badai tidak akan cukup untuk mengakhiri kekeringan. [es/dw]
- Associated Press
Gunung Berapi di Semenanjung Reykjanes Islandia Meletus Ketujuh Kalinya dalam Setahun
Gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia barat daya, meletus untuk ketujuh kalinya sejak Desember. Meskipun letusan itu tidak menimbulkan ancaman bagi perjalanan udara, pihak berwenang memperingatkan akan emisi gas di beberapa bagian semenanjung, termasuk kota terdekat Grindavík.
Gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia barat daya, meletus untuk ketujuh kalinya sejak Desember. Tanpa banyak peringatan, letusan dimulai pada Rabu malam pukul 11:14 dan menimbulkan retakan sepanjang sekitar tiga kilometer. Aktivitas itu diperkirakan jauh lebih kecil daripada letusan sebelumnya pada Agustus, kata kantor meteorologi Islandia yang memantau aktivitas seismik.
"Dalam gambaran besar, ini sedikit lebih kecil daripada letusan terakhir, dan letusan yang terjadi pada Mei," ujar profesor geofisika Magnús Tumi Guðmundsson kepada media penyiaran nasional RUV. Ia terbang di atas lokasi kejadian bersama badan Perlindungan Sipil untuk memantau kejadian tersebut.
Meskipun letusan itu tidak menimbulkan ancaman bagi perjalanan udara, pihak berwenang memperingatkan akan emisi gas di beberapa bagian semenanjung, termasuk kota terdekat Grindavík.
Sekitar 50 rumah, bersama tamu di resor Blue Lagoon yang terkenal, dievakuasi setelah badan Perlindungan Sipil mengeluarkan peringatan, menurut RUV.
Letusan gunung berapi berulang di dekat Grindavík, yang terletak sekitar 50 kilometer barat daya ibu kota, Reykjavik, dan berpenduduk 3.800 orang, telah merusak infrastruktur dan properti dan memaksa banyak penduduk pindah untuk menjamin keselamatan mereka.
"Grindavík tidak dalam bahaya seperti yang terlihat dan tidak mungkin retakan ini akan memanjang, meskipun tidak ada yang dapat dikesampingkan," kata Magnús Tumi.
Islandia, yang berada di kawasan vulkanik di Atlantik Utara, rata-rata mengalami satu letusan setiap empat hingga lima tahun. Yang paling mengganggu dalam beberapa waktu terakhir adalah letusan gunung berapi Eyjafjallajokull pada 2010, yang memuntahkan awan abu ke atmosfer dan mengganggu perjalanan udara lintas Atlantik selama berbulan-bulan. [ka/ab]
- Associated Press
Badai Dahsyat Ancam California Utara dan Pasifik Barat Laut
Wilayah yang diproyeksikan mengalami curah hujan yang sangat deras akan membentang dari selatan Portland, Oregon, hingga utara wilayah San Francisco.
California Utara dan Pasifik Barat Laut bersiap menghadapi badai dahsyat yang diperkirakan akan datang bersamaan dengan hujan lebat dan angin kencang. Badai ini diproyeksikan akan memicu banjir bandang dan pemadaman listrik.
Pusat Ramalan Cuaca memperingatkan risiko curah hujan berlebihan yang dimulai Selasa (19/11) dan berlangsung hingga Jumat (22/11) kelembapan panjang yang membentang jauh di atas Samudera Pasifik.
Pakar meteorologi di Pusat Ramalan Cuaca Nasional, Richard Bann, mengatakan sistem badai yang meningkat dengan sangat cepat ini dikategorikan sebagai “siklon bom.”
Wilayah yang diproyeksikan mengalami curah hujan yang sangat deras akan membentang dari selatan Portland, Oregon, hingga utara wilayah San Francisco, jelas Bann.
“Waspadai juga risiko banjir bandang di dataran rendah dan badai musim dingin di dataran tinggi. Ini akan menjadi peristiwa yang berdampak,” tambahnya.
Di California utara, pengawasan banjir dan angin kencang mulai berlaku pada hari Selasa, di mana curah hujan diperkirakan mencapai 8 inci (20 sentimeter) di sebagian Wilayah Teluk San Francisco, Pantai Utara, dan Lembah Sacramento.
Peringatan pengawasan badai musim dingin juga telah dikeluarkan untuk Sierra Nevada utara di mana salju setinggi 28 sentimeter mungkin akan terjadi selama dua hari. Hembusan angin di daerah pegunungan bisa mencapai kecepatan 120 kilometer per jam. [em/jm]
G20 Didesak Ambil Tindakan untuk Tekan Pemanasan Global
Presiden Brazil membuka hari kedua pertemuan 20 negara ekonomi terbesar dunia pada Selasa (19/11), dengan mendesakkan tindakan lebih untuk memperlambat pemanasan global. Dia mengatakan, negara-negara maju harus mempercepat inisiatif mereka untuk mengurangi emisi yang merusak.
Brazil menjadi tuan rumah pertemuan G20 tahun ini, yang puncaknya diselenggarakan pada 19-20 November.
Seruan dari Presiden Luiz Inacio Lula da Silva itu disampaikan sehari setelah perwakilan dari negara-negara G20 mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesakkan sebuah pakta untuk memberantas kelaparan, lebih banyak bantuanke Gaza, dan mengakhiri perang di Ukraina serta sejumlah tujuan lain, di tengah ketidakpastian global yang membayangi berkuasanya kembali presiden terpilih AS, Donald Trump.
Presiden Brazil, yang menjadi tuan rumah pertemuan dua hari itu, membuka sesi pada Selasa dengan fokus pada tantangan-tantangan lingkungan. Dia mengatakan bahwa negara-negara maju harus mempertimbangkan memajukan target emisi mereka, yang sebelumnya pada 2050 menjadi 2040 atau 2045.
“Negara-negara G20 bertanggung jawab atas 80 persen dampak emisi gas rumah kaca. Meskipun kita tidak melangkah dalam kecepatan yang sama, kita semua bisa mengambil satu langkah ke depan bersama,” kata Lula.
Sebagai tambahan dari sumbangan sebesar $325 juta untuk dana teknologi bersih Bank Dunia, Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan serangkaian inisiatif yang berkaitan dengan iklim dan
pembangunan. Namun banyak dari inisiatif itu yang membutuhkan dukungan dari Trump, yang menentang proyek-proyek semacam itu dan menyebut krisis iklim sebagai sebuah “berita bohong”.
Biden juga mendesak masing-masing negara anggota G20 berkomitmen sebesar $2 miliar untuk membiayai Dana Pandemi yang didirikan pada 2022. Biden telah berjanji bahwa AS akan menyediakan dana hingga $667 juta hingga 2026, tetapi itu akan membutuhkan persetujuan Kongres.
Sementara dari Baku, Azeebaijan, para pegiat lingkungan menanggapi pernyataan kelompok 20 negara ekonomi utama, saat negosiasi COP29 memasuki tahap akhir.
Ani Dasgupta, Presiden dan CEO, World Resources Institute mengatakan,
“KTT Pemimpin G20 telah menegaskan kembali bahwa aksi iklim yang adil dan setara harus tetap menjadi pusat agenda global. Para negosiator di Baku harus membangun itu berdasar KTT Pemimpin G20, dan bersatu di belakang tujuan pendanaan iklim baru yang kuat.”
Dasgupta juga mengatakan, terpilihnya kembali Donald Trump baru-baru ini di Amerika Serikat diperkirakan akan membayangi KTT G20. Namun dia mendesak, para pemimpin G20 tetap teguh pada dedikasi mereka, untuk bekerja sama dalam beberapa isu paling mendesak di dunia, termasuk reformasi keuangan, kemiskinan, kelaparan, dan energi bersih.
“Meskipun mengirimkan sinyal positif tentang transisi energi dan kebutuhan untuk meningkatkan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi, sangat disayangkan bahwa G20 gagal menegaskan kembali komitmen untuk beralih dari bahan bakar fosil, yang disetujui semua negara di COP28 di Dubai,” ujar dia.
Dasgupta menambahkan, pada intinya, pendanaan adalah persoalan keadilan. Para pemimpin mengakui, bahwa ketidaksetaraan di dalam dan di antara negara-negara, merupakan akar dari sebagian besar tantangan global dan harus ditangani.
Dia menambahkan, para negara-negara G20 menyadari perlunya meningkatkan pendanaan iklim dengan cepat dan mencapai tujuan baru di Baku, dan mereka menekankan bahwa kolaborasi internasional adalah kunci untuk melakukannya.
“Para pemimpin menyerukan agar bank pembangunan multilateral menjadi lebih besar, lebih baik, dan lebih efektif. Langkah maju penting lainnya adalah dukungan untuk pajak kekayaan, yang dapat meningkatkan sumber daya secara signifikan untuk membantu negara-negara berkembang mengekang emisi dan mengurangi dampak perubahan iklim,” paparnya lagi.
WRI menyambut gembira, G20 mendukung platform negara, yang bertujuan mengatasi penyaluran pembiayaan iklim yang terfragmentasi dan mengalokasikan sumber daya dengan lebih baik untuk proyek-proyek berdampak tinggi.
Komitmen baru G20 untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan dan adil serta mengurangi keterbuangan dan pemborosan pangan menunjukkan bahwa negara-negara memprioritaskan isu-isu ini sebagai bagian integral dari aksi iklim, mengingat keterkaitan sistem pangan yang luas dengan iklim. [ns/ab]
Minim Kemajuan, Rasa Frustrasi Muncul dalam KTT Iklim COP29
Seiring KTT iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, memasuki hari-hari terakhir, terdapat peningkatan rasa frustrasi karena minimnya kemajuan dalam mencapai kesepakatan pendanaan iklim, yang dianggap penting untuk mengurangi emisi dan membatasi pemanasan global.
Mukhtar Babayev, presiden COP29 Azerbaijan, mendesak para delegasi untuk lebih memperhatikan kegentingannya.
"Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa mereka khawatir tentang status negosiasi," kata Babayev kepada para delegasi hari Senin (18/11). "Sudah saatnya mereka bergerak lebih cepat. Minggu ini kita akan menyambut para menteri dari seluruh dunia saat negosiasi mencapai tahap akhir.”
"Para politisi memiliki kekuatan untuk mencapai kesepakatan yang adil dan ambisius. Mereka harus memenuhi tanggung jawab ini. Mereka harus terlibat segera dan secara konstruktif," tambahnya.
Pendanaan Iklim
Uang menjadi pusat negosiasi COP29—atau dalam istilah COP, pendanaan iklim. Siapa yang akan membayar negara-negara miskin untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan beralih dari bahan bakar fosil—dan berapa biayanya?
Diharapkan pertemuan COP29 akan menetapkan target pendanaan baru yang ambisius. Sebagian besar perkiraan menempatkan biaya pendanaan iklim lebih dari $1 triliun setiap tahun. Dilaporkan bahwa banyak negara kaya enggan menyetujui jumlah tersebut.
Target yang ada saat ini sebesar $100 miliar per tahun, yang disepakati pada 2009, baru tercapai pada 2022.
Gagal Tepati Janji
Perwakilan Bolivia di COP29, Diego Balanza—yang memimpin blok negosiasi negara berkembang—menuduh negara-negara kaya gagal menepati janjinya selama satu dekade.
"Negara kami menderita dampak perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh emisi historis negara maju. Bagi kami sebagai negara berkembang, kehidupan rakyat kami, kelangsungan hidup mereka, dan mata pencaharian mereka, dipertaruhkan," kata Balanza kepada delegasi di Baku.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar pendanaan iklim sejauh ini diberikan melalui pinjaman, bukan hibah, yang "memiliki implikasi buruk bagi stabilitas makroekonomi negara berkembang."
Lambatnya Proses
Banyak pengamat mengkritik lambatnya negosiasi di Baku. Mohamed Adow, direktur grup kampanye Power Shift Africa, menuduh tuan rumah Azerbaijan tidak bisa memimpin.
"Ini adalah salah satu COP terburuk—setidaknya, salah satu minggu pertama COP terburuk—yang saya hadiri dalam 15 tahun terakhir," kata Adow kepada VOA. "Ada kemajuan yang sangat terbatas pada pendanaan iklim dan bahkan pada aturan seputar pasar karbon dan bagaimana dunia akan mengurangi emisi."
Teatrikal
Simon Stiell, sekretaris eksekutif Perubahan Iklim PBB, pada hari Senin mendesak pihak-pihak untuk "menghentikan teatrikal."
"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan COP29 berhasil. Semua pihak perlu bergerak lebih cepat menuju titik temu... Saya sudah sangat tegas: pendanaan iklim bukan amal. Ini 100 persen untuk kepentingan setiap negara melindungi ekonomi dan rakyat mereka dari dampak iklim yang merajalela. Semuanya harus menyelesaikan isu yang kurang penting di awal minggu, sehingga ada cukup waktu untuk keputusan politik utama," kata Stiell.
Pengurangan Emisi
Kesepakatan COP29 yang ambisius tentang pendanaan iklim dimaksudkan untuk membuka tahap negosiasi penting berikutnya. Menjelang COP30 tahun depan di Brasil, semua negara harus menyampaikan rencana aksi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, atau disebut sebagai 'kontribusi yang ditentukan secara nasional', dengan tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5°C di atas level pra-industri, target kunci dari Perjanjian Paris 2016 tentang perubahan iklim.
Dalam trajektori saat ini, para ilmuwan memperkirakan dunia menuju pemanasan 2,7°C yang berpotensi katastrofik pada akhir abad ini; diprediksi akan menyebabkan cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut yang meluas.
Bayang-Bayang Trump
Adow, direktur Power Shift Africa, khawatir negosiasi COP29 dibayangi oleh kemenangan pemilihan presiden AS baru-baru ini oleh Donald Trump.
Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim selama masa jabatan pertamanya. Penggantinya, Joe Biden, kembali masuk ke perjanjian itu pada hari pertama menjabat.
"Saya pikir yang membayang-bayangi pembicaraan ini adalah hal yang diketahui tapi tidak pasti, seputar terpilihnya Donald Trump, dan apa yang akan dilakukan pemerintahan Trump. Jadi, negara-negara kaya sebenarnya bersembunyi di belakang Trump—dan tidak ingin menanggapi seruan yang kami terima dari negara berkembang tentang $1,3 triliun yang mereka butuhkan untuk pendanaan iklim," kata Adow kepada VOA.
Pembicaraan COP29 dijadwalkan berakhir pada hari Jumat (22/11). Batas waktu bisa diperpanjang jika kesepakatan sudah di depan mata. [th/ab]
Forum