Pihak berwenang Rusia telah menjadikan ratusan tawanan perang Ukraina sebagai sasaran “penyiksaan yang meluas dan sistematis”. Sementara itu, para pengawas di fasilitas penahanan yang mengetahui tindakan tersebut, tidak menghentikan penyiksaan. Hal tersebut menjadi bagian dari laporan yang diterbitkan oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia.
“Kami telah mewawancarai 174 tawanan perang Ukraina, dan ini termasuk lima petugas medis sejak Maret tahun lalu, dan hampir setiap orang memberikan laporan yang kredibel dan dapat diandalkan serta terperinci, tentang penyiksaan dan perlakuan buruk yang parah,” kata Danielle Bell, kepala misi pemantauan hak asasi manusia PBB di Ukraina, kepada jurnalis di Jenewa.
Berbicara pada Selasa melalui tautan video dari ibu kota Ukraina, Kyiv, Bell mengatakan para tawanan perang menceritakan tentang “pemukulan, sengatan listrik, kurang tidur, gigitan anjing, eksekusi pura-pura” dan perlakuan mengancam dan merendahkan lainnya. Dia mengatakan 68 persen dari tawanan perang melaporkan bahwa “kekerasan seksual, penyiksaan, dan perlakuan buruk terjadi di semua tahap penahanan dalam kondisi penahanan yang mengerikan” di berbagai fasilitas baik di wilayah pendudukan maupun di Rusia.
Dia mengatakan sifat rutin dari penyiksaan, yang terjadi setiap hari atau setiap minggu dan berlanjut selama periode penahanan, dan terkadang hingga tiga tahun, “menunjukkan hal itu sepengetahuan para pengawas di fasilitas itu”.
“Ketika pejabat eksternal Federasi Rusia mengunjungi tempat penahanan, dalam banyak kasus, penyiksaan dan perlakuan buruk berhenti sementara dan kondisi membaik, yang menunjukkan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas fasilitas ini menyadari perlakuan buruk tersebut,” kata Bell.
“Tokoh masyarakat Rusia secara terbuka menyerukan perlakuan tidak manusiawi dan eksekusi terhadap tawanan perang Ukraina,” katanya.
Dia juga menambahkan bahwa “faktor-faktor ini, dikombinasikan dengan penerapan undang-undang amnesti yang luas untuk personel militer Rusia, telah berkontribusi pada iklim impunitas”.
Laporan PBB, menggambarkan kondisi buruk penahanan, “dengan sebagian besar tawanan perang melaporkan kekurangan makanan, kurangnya perawatan medis, kepadatan tawanan, dan kondisi higienis yang buruk”.
Laporan ini juga menyebutkan, 10 tawanan perang Ukraina telah meninggal karena “penyiksaan, kurangnya perawatan medis, dan kondisi kesehatan yang buruk.”
Sementara itu, dari 205 tawanan perang Rusia yang diwawancarai sejak Maret 2023, laporan tersebut mengatakan 104 menjadi sasaran penyiksaan atau penganiayaan oleh otoritas Ukraina “selama tahap awal penahanan mereka,” termasuk pemukulan parah, ancaman kematian, dan kekerasan fisik.
“Namun, dalam hampir semua kasus, penyiksaan dan penganiayaan berhenti ketika tahanan tiba di tempat penahanan resmi, di mana kondisinya tampak secara umum sesuai dengan standar internasional,” kata Bell.
Dia menggarisbawahi perbedaan dalam cakupan dan skala perlakuan yang diberikan kepada tawanan perang Ukraina dan Rusia oleh para penculik mereka. Dia mengamati bahwa penyiksaan atau penganiayaan terhadap tawanan perang Rusia oleh otoritas Ukraina terjadi selama penangkapan awal mereka, pada hari-hari awal.
Bell mengatakan praktik-praktik ini dihentikan dan para tawanan “aman begitu mereka berada di dalam fasilitas penahanan awal”.
Sedangkan perlakuan kasar terhadap tawanan perang Ukraina di pusat-pusat penahanan Rusia “terjadi sepanjang masa penahanan mereka.”
Bell mengaitkan perlakuan yang lebih baik terhadap tawanan perang Rusia, sebagian besar karena para pemantau memiliki akses tanpa batas ke lokasi-lokasi di Ukraina tempat mereka ditahan.
Dia mencatat bahwa pejabat PBB “mampu melakukan dialog yang sangat terbuka dengan otoritas Ukraina tentang hal-hal yang perlu diperbaiki”.
Namun, dia menambahkan bahwa misi tersebut tidak dapat mengamati kesejahteraan tawanan perang Ukraina, karena tidak memiliki akses kepada mereka di Federasi Rusia, “meskipun kami telah meminta akses lama sebelumnya”. [ns/ab]
Forum