Sudan jatuh ke dalam kekacauan setelah pertempuran dimulai pada pertengahan April, antara militer di negara itu yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan, dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pimpinan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.
Pertempuran itu telah menewaskan sedikitnya 863 warga sipil, termasuk sekitar 190 anak, dan melukai lebih dari 3.530 lainnya, menurut Sindikat Dokter yang melacak para korban sipil.
Jumlah korban bisa jauh lebih tinggi, tambah kelompok medis itu. Berbicara dalam jumpa pers di Jenewa, Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB, Volker Türk mengatakan, PBB mengetahui setidaknya 25 kasus dugaan kekerasan seksual di negara itu.
"Jenderal Abdel Burhan, Jenderal Dagalo, Anda harus mengeluarkan instruksi yang jelas dan tegas kepada semua yang berada di bawah komando Anda bahwa kekerasan seksual tidak bisa diabaikan. Pelaku semua pelanggaran harus dimintai pertanggungjawaban, warga sipil harus dibebaskan dan kekerasan yang tidak masuk akal harus dihentikan," ujar Türk.
Komisaris juga membahas pelecehan rasis yang dialami oleh bintang sepak bola Vinícius Júnior selama akhir pekan. Pemain berkulit hitam berusia 22 tahun itu menjadi sasaran pelecehan rasis, sejak pindah ke Spanyol lima tahun lalu. Ia kembali menjadi sasaran pada hari Minggu ketika klub sepak bola Real Madrid kalah 1-0 melawan klub Valencia.
Türk menekankan "lebih banyak" yang perlu dilakukan untuk memberantas diskriminasi rasial dalam olahraga.
Kembali memgenai konflik di Sudan, Kepala Misi Bantuan Transisi Terpadu PBB di Sudan (UNITAMS) Volker Perthes mengatakan, “Kedua belah pihak meminta saya untuk mengutuk tindakan masing-masing pihak. Saya menyerukan agar keduanya mengakhiri pertempuran dan kembali berdialog demi kepentingan Sudan dan rakyatnya.”
PBB memperkirakan 15 juta orang di Sudan membutuhkan bantuan sebelum pertempuran meletus. Kini bantuan untuk keperluan itu meningkat menjadi 18 juta. Pekan lalu, organisasi tersebut meminta $2,6 miliar untuk membantu mengatasi kebutuhan yang terus meningkat. [ps/lt]
Forum