Jurnalis Belarus Raman Protasevich ditangkap setelah pesawat Ryanair yang ditumpanginya dipaksa mendarat di ibu kota Belarus, Minsk, hari Minggu (23/5). Beberapa pejabat hak asasi manusia menyatakan terkejut dengan penahanan sewenang-wenang dan penangkapan yang tidak sah terhadap jurnalis tersebut.
Rupert Colville, juru bicara komisaris tinggi PBB mengkritik kekuatan militer untuk mengalihkan pesawat itu dari jalur penerbangannya.
“Penyalahgunaan kekuasaan negara terhadap seorang jurnalis dalam menjalankan fungsi yang dilindungi oleh hukum internasional itu menerima dan sepantasnya mendapat kutukan sekeras-kerasnya. Kami khawatir akan keselamatan Raman Protasevich sekaligus berusaha mendapatkan jaminan bahwa ia diperlakukan secara manusiawi dan tidak mengalami perlakuan buruk atau penyiksaan,” jelasnya.
Colville menyatakan penampilan Protasevich di televisi milik pemerintah pada Senin malam dengan memar di wajahnya tampak tidak meyakinkan. Colville menjelaskan pengakuan yang mengatasnamakan kejahatan serius dinilai dilakukan secara paksa melalui beberapa tindak penyiksaan, yang dilarang menurut hukum internasional.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di AS menyatakan tidak dapat memverifikasi waktu atau keadaan ketika video itu direkam. CPJ telah menyerukan pembebasan Protasevich dengan segera dan tanpa syarat.
Protasevich adalah salah seorang pendiri saluran oposisi Nexta, yang membantu memobilisasi protes setelah pemilihan presiden Belarus pada 9 Agustus 2020. Presiden Alexander Lukashenko mengklaim kemenangan dalam pemilu itu, yang secara luas dianggap curang.
Pemerintah Minsk menuduh Protasevich melakukan terorisme dan memprovokasi kerusuhan setelah saluran Nexta menjadi salah satu saluran utama untuk mengorganisir sejumlah protes anti-Lukashenko tahun lalu terkait kecurangan pemilu.
Colville menyatakan penangkapan sewenang-wenang terhadap Protasevich dan cara penangkapan itu merupakan pertanda adanya eskalasi tindakan yang sangat mengkhawatirkan dalam tindakan keras pemerintah terhadap orang-orang yang berbeda pendapat.
“Episode yang mencengangkan itu merupakan fase baru dalam kampanye represi otoritas Belarus terhadap jurnalis dan masyarakat sipil pada umumnya. Selain masalah yang berkaitan dengan Protasevich, pendaratan paksa pesawat penumpang di Minsk itu telah meneror para penumpang di dalam pesawat sekaligus menempatkan mereka pada bahaya yang tidak perlu, yang melanggar hak asasi manusia mereka.”
Colville menyatakan rasa prihatin terhadap teman Protasevich, Sofia Sapaga, yang dilaporkan juga ditahan secara sewenang-wenang. Kantornya menyerukan pembebasan mereka dengan segera dan menyatakan keduanya harus diizinkan untuk melanjutkan perjalanan ke negara yang mereka tuju, Lituania. [mg/lt]