Paus Fransiskus telah mendarat di Havana, hari Sabtu (19/9), dan memulai kunjungan bersejarah selama 10 hari ke Kuba dan Amerika Serikat. Ia memuji peredaan ketegangan antara kedua negara itu sebagai contoh rekonsiliasi bagi seluruh dunia yang membuat semua orang memiliki harapan.
Paus Fransiskus menyebut mencairnya hubungan antara kedua negara, di mana Vatikan berperan utama, sebagai suatu pertanda kemenangan budaya bertemu dan berdialog.
Paus akan menyelenggarakan misa di Lapangan Revolusi di Havana pada hari Minggu, sebelum mengadakan pertemuan pribadi dengan Presiden Kuba Raul Castro. Ia juga akan mengunjungi kota Hoguin dan Santiago dalam kunjungan tiga harinya ke Kuba, dan rencananya mengadakan misa serta bertemu para rohaniwan Katolik di kedua kota itu sebelum bertolak ke Washington.
Paus Fransiskus disambut di bandara oleh Presiden Kuba Raul Castro. Dalam pidato sambutannya, Castro meyakinkan Paus Fransiskus bahwa kebebasan beragama ditulis dalam konstitusi Kuba.
Dalam pidato 15 menit yang segera menjadi bersifat politis, Castro mengulangi seruan bagi Amerika untuk mengakhiri embargo ke Kuba, yang ia sebut “kejam, tak bermoral dan ilegal” dan agar mengembalikan Pangkalan Angkatan Laut Guantanamo.
Duta Besar Amerika untuk PBB melalui Twitter membalas dengan mengritik pihak berwenang Kuba karena dikabarkan melakukan penahanan menjelang kunjungan Paus Fransiskus.
Dalam pernyataannya di Twitter, Duta Besar Samantha Power mengatakan para aktivis HAM dan bahkan tunawisma dikabarkan ditahan sebelum kunjungan Paus Fransiskus. Ia menyebut hal itu sebagai hal mengecewakan yang biasa dilakukan pemerintah Kuba.
Kelompok-kelompok oposisi melaporkan tentang meningkatnya penahanan terhadap para pembangkang. Pemerintah Kuba tidak mengomentari klaim tersebut.
Paus Fransiskus akan disambut sebagai pahlawan bagi rakyat Kuba, yang menghargainya karena membantu memulihkan hubungan diplomatik antara Amerika dan Kuba. Paus Fransiskus dan para pejabat Vatikan memfasilitasi pembicaraan rahasia selama berbulan-bulan antara Havana dan Washington pada tahun 2014. Pembicaraan berakhir dengan pengumuman bersejarah pada Desember lalu oleh Castro dan Presiden Barack Obama, bahwa kedua negara telah memutuskan akan menjalin kembali hubungan diplomatik. Kedua negara telah membuka kembali kedutaan besar di Washington dan Havana. [uh]