Paus Fransiskus mengatakan hari Senin (30/11) bahwa kaum Kristen dan Muslim adalah bersaudara ketika ia berbicara di masjid besar di Bangui, ibukota Republik Afrika Tengah.
“Kita harus bersama-sama mengatakan kita menolak kebencian, menolak pembalasan, dan menolak kekerasan yang dilakukan atas nama agama atau Tuhan itu sendiri,” kata Paus.
Ia mengatakan kunjungannya ke negara itu, yang telah mengalami konflik politik dan bentrokan antara militan Muslim dan Kristen, akan tidak lengkap tanpa menemui masyarakat Muslim.
Paus Fransiskus memimpin misa di stadion di Bangui sebagai bagian terakhir perlawatannya ke tiga negara Afrika.
Pesannya pada misa hari Minggu (29/11) adalah sama, menyerukan kepada pihak-pihak yang berperang di negara itu agar meletakkan senjata mereka dan mendukung usaha untuk mengakhiri konflik antar golongan agama.
“Sebaliknya persenjatai diri anda dengan kebenaran, dengan kasih dan dengan mengampuni, penjamin otentik perdamaian,” katanya di Kathedral di Bangui.
Sebelumnya, Paus menyerukan persatuan dan agar masyarakat tidak membiarkan perbedaan agama memecah-belah mereka. Dalam pidatonya di istana presiden di Bangui, Fransiskus mengatakan ia berharap pemilu yang akan segera diadakan akan memungkinkan negara itu “berjalan dengan damai dalam bab baru sejarahnya.”
Menjelang kedatangannya, Presiden Catherine Samba-Panza mengatakan orang memandang Paus Fransiskus sebagai pembawa pesan perdamaian dan berharap ia akan mengilhami usaha nasional warga Afrika Tengah agar saling menerima satu sama lain.
Republik Afrika Tengah telah menderita hampir tiga tahun kekerasan sejak kelompok pemberontak yang sebagian besar Muslim, Seleka, menggulingkan Presiden Francois Bozize bulan Maret tahun 2013. Pembunuhan oleh Seleka menimbulkan kebangkitan milisi yang sebagian besar Kristen yang bernama anti-Balaka. [gp]