Di bawah langit yang kelabu tetapi di lapangan Santo Petrus yang penuh bunga, Sri Paus yang mengenakan jubah putih merayakan Paskah dihadiri puluhan ribu penganut dan pelancong.
Selesai misa, Sri Paus mengucapkan khotbah tradisional kemudian memberkati Vatikan dan dunia. Ucapannya terakhir sebelum mengucapkan selamat merayakan Paskah kepada tiap orang adalah kepada penduduk Sri Lanka yang diterpa tindakan kekerasan pada hari Paskah, yang menimbulkan kepedihan dan kepiluan pada gereja dan tempat lain di negeri itu. Sri Paus mengatakan ia menerima berita itu dengan perasaan sedih dan mengungkapkan kedekatannya dengan komunitas Kristen dan sama-sama berdoa.
Dalam pesan sebelumnya Sri Paus mengatakan “kebangkitan Yesus adalah prinsip kehidupan baru bagi tiap pria dan perempuan, bagi pembaharuan sejati yang senantiasa bermula dari hati dan dari hati nurani. Namun, Paskah, katanya, juga adalah “awal dari dunia baru yang bebas dari belenggu dosa dan kematian”.
Doa pertama Sri Paus ditujukan kepada bangsa Suriah “korban konflik yang berkelanjutan yang berisiko membuat kita semakin tidak dapat berbuat apa-apa dan malah tidak peduli”. Ia mengimbau diusahakan komitmen baru untuk mencari solusi politis yang dapat menanggapi harapan bagi perdamaian dan menanggulangi krisis kemanusiaan. Pikiran Sri Paus juga tertuju pada penduduk Yaman terutama “anak-anak yang ditimpa kelaparan dan perang” dan juga pada situasi di Libya.
Sri Paus mengatakan “semoga konflik dan pertumpahan darah berhenti di Libya di mana orang-orang yang tidak berdaya menjadi sekarat dalam beberapa pekan belakangan dan banyak keluarga terpaksa mengungsi. Paus Fransiskus mendesak semua pihak yang terlibat supaya mengutamakan dialog dan menghindar dari membuka luka lama peninggalan sepuluh tahun konflik dan instabilitas politik di sana.
Sri Paus juga mendoakan perdamaian bagi kawasan lain di Benua Afrika. Selain itu ia juga menyinggung krisis di Venezuela dan situasi di Nikaragua dan berharap dicapai penyelesaian damai yang dirundingkan di kedua negara itu. [al]