Paus Fransiskus mengecam serangan militer Israel di Gaza pada Kamis (9/1), dan menyebut krisis kemanusiaan di wilayah tersebut “sangat serius dan memalukan.”
“Kita sama sekali tidak bisa menerima pengeboman terhadap warga sipil,” kata Paus dalam pidato yang disampaikan atas namanya oleh seorang pembantunya.
Paus, 88 tahun, hadir saat pernyataan tersebut dibacakan tetapi meminta seorang pembantunya untuk membacanya karena dia sedang dalam masa pemulihan dari flu. Pernyataan tersebut merupakan bagian dari pidatonya kepada utusan terakreditasi Vatikan dari sekitar 180 negara.
“Kita tidak dapat menerima bahwa anak-anak mati kedinginan karena rumah sakit hancur atau jaringan energi suatu negara terkena dampaknya,” kata Paus. Paus dalam pernyataannya juga mengatakan dia mengutuk antisemitisme.
Perang di Gaza dimulai dengan serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya. Masih ada sekitar 100 sandera yang ditahan di Gaza, dan setidaknya sepertiga dari para sandera itu diyakini tewas.
Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut. Kementerian itu tidak membedakan angka antara kombatan dan warga sipil dalam perhitungannya, tetapi mengatakan bahwa lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Selain korban tewas, kementerian mengatakan lebih dari 109.300 orang terluka.
76 Tewas dalam 24 Jam
Sebelumnya pada Kamis, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 76 orang telah tewas dalam serangan Israel di Gaza selama 24 jam terakhir.
Di antara mereka yang tewas adalah delapan warga Palestina yang tewas di sebuah rumah di Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza yang bersejarah. Sembilan orang lainnya, termasuk seorang ayah dan tiga anaknya, tewas dalam dua serangan udara terhadap dua rumah di Gaza tengah, menurut pejabat kesehatan.
Pada Kamis (9/1) malam, enam warga Palestina tewas dalam dua serangan terpisah. Empat dari mereka terbunuh di sebuah sekolah yang menampung keluarga pengungsi di dekat Jabalia di Gaza utara, menurut petugas medis. [ft/rs]
Beberapa informasi untuk laporan ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.