Paus Fransiskus belum pernah menulis surat untuk semua umat Katolik atau yang dia katakan “umat Allah”, mengenai “kejahatan” pelecehan seksual yang dilakukan oleh imam gereja. Sebagian besar korban pelecehan itu adalah anak di bawah umur. Surat Paus Fransiskus itu diterbitkan dalam tujuh bahasa hari Senin (20/8).
Dalam suratnya, Sri Paus menyinggung tentang laporan dewan juri pengadilan AS minggu lalu yang merinci pelecehan seksual oleh para imam terhadap lebih dari 1.000 korban di negara bagian Pennsylvania dalam rentang waktu 70 tahun.
Juru bicara Vatikan Greg Burke mengomentari surat paus tersebut.
“Adalah signifikan bahwa paus menyebut pelecehan itu 'kejahatan', bukan hanya dosa, dan bahwa dia meminta pengampunan; tetapi mengakui bahwa upaya apa pun tidak akan pernah cukup untuk memperbaiki kehancuran yang dialami para korban dan penyintas," ujar Burke.
Paus Fransiskus berkata, “Melihat ke masa depan, semua upaya harus dilakukan untuk menciptakan budaya yang mampu mencegah terjadinya situasi semacam itu, tetapi juga untuk mencegah kemungkinan mereka ditutupi dan dibiarkan terjadi. Tidak ada upaya untuk meminta maaf dan usaha memperbaiki kerusakan yang akan cukup. ”
Paus juga mengakui bahwa sebagai komunitas gereja, "Kita tidak bertindak pada waktunya, menyadari besar dan beratnya kerusakan yang terjadi pada begitu banyak kehidupan. Kita tidak menunjukkan kepedulian pada anak-anak kecil; kita menelantarkan mereka."
Paus memohon pengampunan, menambahkan Gereja harus mampu "mengakui dan mengutuk, dengan penyesalan dan rasa malu, kekejaman yang dilakukan oleh orang yang disucikan, imam, dan semua orang yang dipercayakan dengan misi mengawasi dan merawat mereka paling rentan. "
Surat itu tidak menyebutkan langkah-langkah baru yang akan diterapkan.
Kelompok riset internasional, bishopaccountability.org Senin melansir data yang berisi nama-nama lebih dari 70 imam Irlandia yang dihukum atau dituduh secara kredibel melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap anak-anak. Beberapa negara lain menghadapi skandal serupa, termasuk Argentina, Australia, dan Chile.
Pekan lalu, laporan panel juri Amerika menyebutkan lebih dari 300 pastor telah berlaku tidak senonoh terhadap lebih dari 1.000 anak di enam keuskupan Pennsylvania dalam rentang waktu 70 tahun. Paus mengatakan dengan “malu dan pertobatan” Gereja Katolik mengakui tidak bertindak segera dan menyadari begitu besar kerusakan yang dilakukan pelaku terhadap begitu banyak orang.
Fransiskus juga mengatakan bahwa "tidak ada upaya meminta maaf dan memperbaiki kerusakan yang terjadi akan pernah cukup." [ka/as]