Pihak berwenang di wilayah Tigray, Ethiopia Utara, Rabu (24/8), menuduh militer Ethiopia melancarkan serangan "skala besar'" untuk pertama kalinya dalam setahun, sebuah tindakan yang menurut banyak pengamat menandai kemunduran signifikan bagi upaya mediasi dan pekerjaan kemanusiaan di sana,
Klaim komando militer Tigray ini muncul setelah berbulan-bulan pasukan Ethiopia melakukan penguatan militer dan setelah adanya peringatan pekan ini oleh militer Ethiopia yang menentang pelaporan gerakan pasukannya di media tradisional dan di media sosial.
Konflik Tigray meletus pada November 2020, menewaskan ribuan orang, dan mereda dalam beberapa bulan terakhir di tengah upaya mediasi yang lamban. Tapi pekan lalu, Juru Bicara Perdana Menteri Abiy Ahmed menegaskan kepada wartawan bahwa otoritas Tigray “menolak untuk menerima pembicaraan damai.''
Pernyataan komando militer Tigray, Rabu (24/8) mengatakan: “Pasukan Ethiopia, bersama dengan pasukan khusus Amhara dan milisi Amhara, telah memulai serangan besar-besaran sekitar pukul 5.00 pagi ke arah Alamata, Tigray Selatan.''
Juru Bicara pasukan Tigray, Getachew Reda, mencuitkan pernyataan di Twitter bahwa serangan itu terjadi menyusul "provokasi selama seminggu" oleh pasukan Ethiopia di wilayah Amhara yang berdekatan.
Juru bicara militer Ethiopia Getnet Adane tidak menanggapi pertanyaan terkat perkembangan baru ini. Dalam sebuah cuitan di Twitter, duta besar Ethiopia untuk Uni Emirat Arab malah menuduh pasukan Tigray yang melancarkan serangan.
Dalam sebuah posting di Facebook, Selasa (24/8), pasukan Ethiopia membantah tuduhan melakukan penguatan militer atau serangan militer dan mengklaim pasukan Tigray “terlibat dalam kebisingan prakonflik''. Postingan itu memperingatkan agar pasukan Tigray tidak menyebarkan “rahasia militer''.
Pemerintah Ethiopia mengatakan siap untuk melakukan pembicaraan tetapi bersikeras bahwa Uni Afrika harus memimpin upaya mediasi itu. Pihak berwenang Tigray mengkritik upaya badan kontinental itu dan mendesak dibukanya kembali layanan dasar yang sebagian besar terputus sejak perang dimulai.
Bantuan kemanusiaan mulai mengalir ke Tigray dalam beberapa bulan terakhir, tetapi sebuah laporan baru oleh Program Pangan Dunia (WFP) pekan lalu mengatakan bahwa dengan sedikit bahan bakar yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut, usaha mengirim bantuan kemanusiaan sulit dilaksanakan. Tingkat malnutrisi di kawasan ini telah meroket, dengan 29 persen anak-anak mengalami kekurangan gizi dan 2,4 juta orang mengalami kerawanan pangan parah. [ab/uh]
Forum