Para pejabat Ukraina pada Selasa (11/7) mengatakan pasukan Rusia menyerang Kyiv dan Odesa, pelabuhan di bagian selatan, dengan drone Shahed buatan Iran. Militer Ukraina mengatakan menembak jatuh 26 drone yang diluncurkan Rusia.
Para pejabat di Kyiv mengatakan puing-puing yang jatuh dari drone yang dicegat mereka merusak beberapa bangunan permukiman.
Di Odesa, Gubernur Oleg Kiper mengatakan dua drone menghantam sebuah bangunan administrasi di pelabuhan. Puing-puing dari drone yang ditembak jatuh menyebabkan kebakaran di terminal biji-bijian dan terminal lain di dekatnya.
Odesa adalah pelabuhan penting yang tercakup dalam Prakarsa Biji-Bijian Laut Hitam, suatu kesepakatan yang diperantarai oleh PBB dan Turki yang memungkinkan dimulainya kembali ekspor penting gandum dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina yang telah diblokir karena invasi Rusia terhadap Ukraina.
Pengaturan tersebut juga mencakup ekspor bahan makanan dan pupuk Rusia. Rusia telah mengeluh karena porsinya dalam kesepakatan itu tidak dipenuhi dan telah menyatakan tidak ada alasan untuk memperpanjang kesepakatan itu yang akan berakhir pada 17 Juli.
PBB pada Senin (10/7) mengatakan bahwa lebih dari 32 juta metrik ton komoditas pangan telah diekspor melalui tiga pelabuhan Ukraina sejak prakarsa itu dimulai pada Agustus 2022.
PBB mengatakan ekspor itu ditujukan ke 45 negara, termasuk gandum yang dikirim Program Pangan Dunia (WFP) ke orang-orang yang memerlukannya di Afghanistan, Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan dan Yaman.
Bom Tandan
Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada Selasa (11/7) mengatakan bahwa sekutu perlu melakukan apa pun yang mereka bisa untuk memasok amunisi bagi pasukan Ukraina, dan terserah masing-masing negara untuk memutuskan jenis amunisi yang dapat mereka sediakan.
Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai rencana AS untuk mengirimkan bom tandan, yang telah dilarang oleh lebih dari 100 negara karena bahaya yang ditimbulkannya bagi warga sipil selama dan setelah konflik.
Stoltenberg berbicara sewaktu para pemimpin berkumpul untuk mengikuti KTT NATO selama dua hari di Vilnius, Lithuania. Ia mengatakan konflik di Ukraina telah menjadi “perang yang melemahkan” di mana kebutuhan bagi amunisi, bahan bakar dan suku cadang “sangat besar.”
Ia mengatakan bom tandan telah digunakan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari tahun lalu, tetapi ada perbedaan antara pasukan Rusia yang menggunakannya untuk menyerang negara berdaulat dan Ukraina yang menggunakannya untuk membela diri.
Stoltenberg mengatakan pada awal invasi, para sekutu NATO tidak memiliki cukup banyak cadangan amunisi dan kemampuan untuk memproduksi lebih banyak juga tidak memadai. Ia menyebut berbagai upaya untuk meningkatkan produksi yang mulai menunjukkan hasil, tetapi ia memperingatkan bahwa peningkatan kapasitas itu membutuhkan waktu. [uh/ab]
Forum