Masa depan proses perdamaian Israel-Palestina dipertanyakan, sewaktu Israel bersiap untuk menganeksasi bagian-bagian Tepi Barat dalam beberapa pekan mendatang. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, ia telah mengakhiri semua kerja sama keamanan dengan Israel. Pasukan Israel meningkatkan kesiagaannya 1 Juli, tanggal dimulainya aneksasi yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dari kota Ramallah di Tepi Barat, Presiden Palestina Mahmoud Abbas baru-baru ini membuat pengumuman dramatis sebagai tanggapan atas rencana Israel untuk melakukan aneksasi Tepi Barat.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, "Organisasi Pembebasan Palestina dan negara Palestina mulai hari ini bebas dari ikatan semua perjanjian dan kesepakatan dengan pemerintah Amerika dan Israel serta semua kewajiban berdasarkan kesepakatan dan perjanjian ini, termasuk keamanan."
Palestina menolak Rencana Damai Presiden Trump yang diajukan Januari. Sekarang, mereka menilai usaha aneksasi sepihak itu sebagai tantangan paling serius bagi proses perdamaian.
Uni Eropa dan badan-badan internasional lainnya telah menegaskan bahwa Israel harus menanggung kerugian diplomatik yang besar dan juga akibat dari aneksasi itu.
Wakil Uni Eropa untuk Tepi Barat dan Jalur Gaza, Sven Kuhn von Burgsdorff mengatakan, “Ini bertentangan dengan hukum internasional, melanggar perjanjian yang ada dan tidak sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan dan Dewan Uni Eropa. Bagi kami, hukum internasional sangat penting untuk ditegakkan.”
Wilayah Lembah Yordania yang rencananya akan dianeksasi oleh Israel, sudah berada di bawah kendali keamanan Israel. Tetapi menurut beberapa pengamat Israel, langkah aneksasi itu sendiri mengirim pesan politik yang penting.
Yossi Kupperwasser dari Pusat Masalah Umum Yerusalem mengatakan, “Itu adalah langkah politik. Ini terkait dengan kedaulatan, meskipun kami sudah mengendalikan Lembah Yordania. Ini juga menguntungkan dari dua aspek yang berkaitan dengan keamanan. Pertama-tama dengan memberi tahu orang-orang Yordania, orang lain dan orang-orang Palestina bahwa kami akan seterusnya berada di sini. Ini adalah wilayah Israel yang berdaulat, tidak hanya diduduki untuk sementara, pesan untuk semua pihak yang punya gagasan untuk mengusir Israel dari sana, hal seperti itu tidak akan terjadi dan orang-orang sebaiknya menyesuaikan diri dengan situasi baru ini. "
Sementara pemilihan AS hanya tinggal beberapa bulan lagi, Israel tetap berpegang teguh pada jadwal aneksasinya. Para pemimpin di Israel memperhitungkan jika Presiden Trump tidak terpilih kembali pada pilpres AS bulan November nanti, diperkirakan penantangnya, Joe Biden, tidak akan mendukung rencana aneksasi Israel itu. [ps/jm]