Percobaan pembunuhan terhadap bakal capres Partai Republik, Donald Trump di Kota Butler, Pennsylvania, akhir pekan lalu, telah membungkam banyak perbincangan mengenai masa depan politik Presiden Joe Biden.
Namun ketika Trump tampil di Konvensi Nasional Partai Republik dan mengumumkan calon wakil presidennya pada Senin (15/7), pemerintahan Biden bersiap-siap untuk memulai kembali kampanye mereka pada Selasa (16/7) dalam situasi pemilu presiden yang tidak menentu.
Perbedaan mencolok di antara dua kampanye presiden utama semakin terlihat jelas pada Senin, dengan adegan-adegan yang memanas dan penuh semangat saat Partai Republik bersiap mencalonkan secara resmi Donald Trump sebagai calon presiden partai itu dalam konvensi nasional di Milwaukee, Wisconsin.
Eric Trump menyambut langsung kehadiran ayahnya, dengan mengatakan, “Inilah presiden terbaik yang pernah ada, Donald J. Trump.”
Sementara Presiden Joe Biden, tokoh Partai Demokrat yang kini menjabat di Gedung Putih, menyerukan publik untuk menurunkan suhu retorika politik pasca insiden penembakan Trump yang mengejutkan.
Dalam wawancara dengan Lester Holt dari NBC pada Senin, Biden mengatakan ia masih memiliki perbedaan pandangan yang tajam dengan Trump, dan cara Trump serta para pendukungnya menyampaikan kritik dengan cara “menghasut” dan “keji.”
Saat ditanya apakah menurutnya insiden penembakan itu akan mengubah arah pertarungan dalam pilpres, Biden menjawab, “Saya tidak tahu, dan Anda pun tidak akan tahu.”
Namun percobaan pembunuhan Trump itu tampaknya berhasil menyelesaikan isu politik terakhir yang sempat menggantung selama hampir dua minggu tentang buruknya penampilan Biden dalam debat capres, dan apakah ia seharusnya mundur dari pertarungan ini.
Wakil Presiden Eksekutif “Third Way” Jim Kessler mengatakan, “Saya kira Joe Biden telah melewati badai itu. Pertanyaan tentang apakah seharusnya ia mundur dari pencalonan capres juga sudah berlalu. Tetapi kini dia harus tampil baik.”
Trump tampil untuk pertama kalinya di hadapan publik pasca insiden penembakan, di hari pertama Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee, Wisconsin, disambut para pendukungnya yang meneriakkan kata “lawan, lawan, lawan.”
Dalam wawancara di NBC itu, Biden kembali mengkritisi Trump. “Saya bukan orang yang mengatakan bahwa suatu hari nanti saya ingin menjadi dikator. Saya bukan orang yang menolak menerima hasil pemilu. Saya bukan orang yang mengatakan tidak akan menerima hasil pemilu,” tandasnya.
Pasca insiden penembakan yang menghenyakkan itu, Biden dan Trump sama-sama menyerukan persatuan. Namun pakar ilmu politik di Universitas Vanderbilt, John Geer mengatakan, yang berarti adalah apa yang sesungguhnya ada di pikiran, bukan sekadar kata-kata.
“Keduanya sama-sama menyerukan persatuan. Tetapi saya kira perbedaan konsep persatuan keduanya sangat fundamental. Ini yang akan menjadi persoalan nanti. Mereka mungkin menyerukan persatuan, tapi pada kenyataannya bisa jadi ada keberpihakan yang ditutup-tutupi,” jelasnya.
Jadi apa yang akan terjadi saat kedua tokoh sepuh ini berlari menuju akhir pertarungan yang begitu melelahkan, begitu pahit dan begitu penuh emosi; dengan selisih kemenangan yang begitu kecil? Tidak ada satu orang pun yang tahu hingga saat pemungutan suara 5 November nanti. [em/ns]
Forum