Sepekan menjelang kunjungan resmi pertama Perdana Menteri Pakistan Imran Khan ke Washington, Amerika Serikat, partainya telah melancarkan serangan lagi terhadap pers, yang mengaitkan liputan kritis dengan potensi “makar.”
Khan, seorang pahlawan cabang olahraga kriket yang menjadi kapten tim nasional ke kemenangan Piala Dunia tahun 1992, terpilih musim panas tahun lalu setelah melancarkan kampanye berapi-api – dengan tekad menumpas korupsi dan membangun negara kesejahteraan Islami. Tetapi hampir setahun kemudian, pemerintahannya telah diwarnai oleh penumpasan terhadap aktivis kebebasan sipil, menahan tokoh-tokoh oposisi, dan meningkatkan tekanan terhadap media berita.
Dalam perkembangan terbaru, laporan resmi dari Partai PTI (Pakistan Tehreek-e-Insah) meposting lebih dari 20 kicauan dalam bahasa Inggris dan Urdu pada Selasa (16/7) petang, mengecam liputan pers yang mengkritik pemerintahan PM Khan yang dianggap “Anti-Negara.”
Pakistan secara rutin mendapat ranking dikalangan negara-negara paling berbahaya bagi pers di dunia, dan para wartawan sering ditahan, dipukul dan bahkan dibunuh karena kritis terhadap pemerintah atau militer yang berpengaruh besar.
Khan akan bertemu dengan Presiden trup di Gedung Putih tanggal 22 Juli. Sementara para pendukungnya berencana menjadi tuan rumah suatu acara besar di Capital One Arena di Washington, berbagai protes anti-pemerintah telah direncarakan berlangsung disekitar kota Washington.
Pemerintah Khan kini kepayahan membenahi ekonomi negara itu yang tersendat-sendat, sementara defisit membengkak, inflasi membubung dan nilai mata uang yang anjlok menimbulkan ketidak puasan.
Berbagai organisasi watchdog media juga mengkritik secara vokal. Organisasi Reporters Without Borders baru-baru ini memperingatkan akan “berbagai tendensi kediktatoran yang merisaukan” setelah tiga stasiun TV Paksitan untuk beberapa saat tidak dibolehkan siaran dalam apa yang disebutnya “penyensoran terang-terangan.” (ti/al)