Parlemen Mesir, Senin (20/7), akan melangsungkan pemungutan suara mengenai apakah akan memberi kewenangan kepada presiden untuk mengerahkan pasukan ke negara tetangganya, Libya, jika pasukan dukungan Turki di sana, yang bersekutu dengan pemerintah dukungan PBB di Tripoli, bergerak untuk mengambil alih Sirte, kota pantai strategis di Libya.
Campur tangan Mesir akan semakin mengguncang Libya yang kaya minyak, dan menempatkan kedua sekutu AS itu, Turki dan Mesir, dalam konfrontasi langsung.
Pemungutan suara itu awalnya dijadwalkan berlangsung Minggu, namun kemudian diundur ke Senin dalam sebuah sidang tertutup, kata anggota parlemen Mustafa Bakry. Parlemen Mesir, yang dipenuhi para pendukung Presiden Abdel-Fattah el-Sissi, kemungkinan akan mendukung rencana mengirim pasukan ke Libya.
Libya terjerumus dalam kekacauan setelah pergolakan yang didukung NATO pada 2011 menggulingkan diktator Moammar Gaddafi yang kemudian tewas terbunuh. Negara itu kini terpecah antara pemerintah di timur, yang bersekutu dengan komandan militer Khalifa Hifter, dan pemerintah di Tripoli, di barat, yang didukung PBB.
Konflik meningkat menjadi perang proksi regional yang dibakar oleh kekuatan-kekuatan asing yang mengirim senjata dan peralatan perang lainnya ke negara itu. Mesir mendukung pasukan Libya yang berbasis di timur dalam konflik itu, sementara Turki mendukung pasukan di ibu kota, Tripoli, di Barat.
Presiden Mesir mengingatkan Juni lalu, serangan terhadap Sirte dan pangkalan udara Jufra akan mendorong Mesir campur tangan secara militer, dengan alasan melindungi perbatasan baratnya dengan Libya. [ab/uh]